(Bukan) Resolusi 2014

(Bukan) Resolusi 2014

Well, postingan ini mungkin bukan resolusi. Tapi, hanya sekadar perenungan untuk tahun ke depannya supaya lebih baik lagi.


1. Lebih menggunakan "hati" untuk melihat hal-hal yang ada di dunia.


2. Belajar untuk tidak mengeluh dan bersyukur


3. Membaca lebih banyak buku


4. Lebih rajin menulis


5. Setidaknya menerbitkan 1 buku untuk tahun ini.


#JanuariChallenge: Memori

#JanuariChallenge: Memori

1499685_10202749613677925_1484115692_n

"Andaikan otak punya fasilitas Recycle Bin, kayaknya gue bakal sering-sering make deh," ujar Risna --teman kantorku yang juga merangkap sahabat.

Sore itu, kami sedang menghabiskan waktu sambil menunggu hujan reda di sebuah coffe shop letaknya lima blok dari tempat kami bekerja.  Di atas meja dua cangkir teh yang masih mengepul baru saja diletakkan oleh pelayan.

#Januarichallenge: Petak Umpet

#Januarichallenge: Petak Umpet

20140102-211304.jpg
google.com
"Kak, aku ikut main ya?" Tanya ardi saat melihat Leo --kakaknya yang mau pergi main bola bersama teman-temannya.

"Kamu di rumah aja, Dek. Nanti dicari Bunda," ucap Leo.

"Iya di rumah aja. Ngapain sih pakai mau ikut segala," timpal salah satu teman kakaknya.

"Tapi, aku mau ikut, Kak. Aku janji nggak bakal bikin repot. Boleh ya, Kak?" Ardi merajuk.
#31HariFF: Nyonya Ros

#31HariFF: Nyonya Ros

20131222-204214.jpg

"Selamat hari Ibu. Semoga mama selalu sehat." Aku memeluk dan mencium pipi mama. Lalu, bergelayut mesra di pundak wanita yang sudah membesarkanku.

"Terima kasih. Jangan cuman karena hari Ibu aja kamu meluk mama begini," goda mama.

Aku pura-pura memberengut sambil tetap bergelayut di pundak mama.

"Rie. Kalau kamu sudah berkeluarga nanti. Jangan lupa sama mama ya." Mama menarik cuping hidungku.
Menikah? Siapa juga yang nggak mau?

Menikah? Siapa juga yang nggak mau?

Favim.com

"Kalau seumur kamu sudah jangan kebanyakan milih. Apalagi urusan tampang. Terima aja apa adanya."


Akkk, saya kenyang sekali dengan komentar semacam ini. Entah dari teman, keluarga, atau orang-orang yang mengetahui status saya yang masih single.

 Dongkol?
Dulu sih sebal setengah mati dengan komentar seperti ini. Sekarang masa bodoh. Lagian Mereka yang ngomong begitu juga bukan Tuhan yang harus merancang hidup saya seperti apa.

 Talk to my hand!

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

"Daripada novelmu nggak terbit-terbit. Mending berhenti nulis aja."

Kemarin, seorang teman mengatakan itu pada saya. Walaupun dengan nada setengah bercanda. Saya tahu bahwa itu adalah sebuah sindiran.


Sebenarnya itu bukan kali pertama saya disindir soal kesukaan saya sama dunia tulis-menulis. Beberapa orang terdekat mengganggap bahwa aktivitas menulis itu nggak penting. Apalagi kalau yang ditulis isinya tentang cinta. Katanya itu cuman bikin dirimu galau saja.