#31hariff: Ayah
Satu hal yang paling aku inginkan saat ini adalah sentuhan lembut dari tangan ayah.
Ya. Aku amat merindukan jemari-jemari yang kini mulai keriput itu menyentuh wajahku, mengelap air mata yang menganak sungai di kedua tulang pipiku, atau sebuah sentuhan ringan di ujung rambutku.
Rasanya bertahun-tahun, jemari Ayah tak pernah menggenggamku. Sama seperti dulu saat kali pertama, lelaki itu mengajarkanku menapaki dunia.
Ya Tuhan. Aku rindu.
Kini, tak ada lagi pelukan yang terentang, dan dada yang kokoh untuk mengatakan bahwa semua baik-baik saja.
Lelaki itu kini menjelma monster, di mana jemarinya sibuk menggenggam botol-botol bearoma obat pembersih lantai. Bibirnya tak pernah berhenti mengeluarkan sumpah serapah setiap kali aku melakukan kesalahan.
Jemari yang dulu biasa menyentuhku, kini menjelma tangan-tangan kasar yang meninggalkan bekas pada kulit putihku.
Entah, apa yang membuatnya seperti itu. Yang pasti, lelaki itu kini tak lagi menjadi pelindung bagiku.
Aku menghapus air mata yang berjatuhan dari pelupukku, saat menatap foto usang Ayah yang menggengam erat tangan mungilku. Dulu.