Pasangan Selingkuh? Siapa yang Salah?
Belakangan ini, tema perselingkuhan menjadi sesuatu yang paling banyak dibicarakan di berbagai kalangan, tidak hanya itu bahkan sering dijadikan tema-tema dalam industri kreatif seperti film, drama, lirik lagu, dll.
Lihat saja, antusiasme mereka ketika membahas perselingkuhan. Ramai, riuh dan panas. Ada sebuah komunitas menulis di Facebook yang ketika ada penulis menulis topik selingkuh, ramainya bukan main. Mengalahkan antusiasme pemilihan Presiden. Sudah begitu, ujung-ujungnya semua berantem gara-gara merasa berhubungan dengan cerita yang ditulis.
Penghianatan cinta kerap kali menjadi salah satu ujian dalam sebuah hubungan, baik yang masih pacaran atau bagi mereka yang telah mengantongi izin dari KUA alias pernikahan. Hadirnya orang ketiga tiba-tiba membuat jalinan pondasi yang sudah dibangun sedemikian rupa mulai goyang, bahkan tak jarang ambruk.
Bagi yang belum menikah, perselingkuhan mungkin tidak terlalu rumit karena tidak menyangkut banyak orang karena lebih mudah memutuskan atau lanjut dalam hubungan. Beda, ketika sudah memasuki dunia pernikahan, berselingkuh akan membuat semuanya berantakan. Ada banyak banyak hati yang harus dijaga, tidak hanya sekadar hubungan dua orang, pun keluarga besar.
Lalu, apa yang sebenarnya mendasari kenapa seseorang menghadirkan pihak ketiga dalam hubungan mereka?
Baca juga:
- Cara Menjadi lajang berkualitas
- 8 hadiah yang bisa diberikan pasangan di hari spesial
- Wanita menyatakan perasaan terlebih dahulu, kenapa tidak?
Komunikasi yang Buruk Dengan Pasangan
Banyak kasus perselingkuhan biasanya disebabkan masalah komunikasi yang buruk dengan pasangan. Kebanyakan ini sudah terjadi saat masa penjajakan dan semakin memburuk ketika memasuki pernikahan karena tidak berusaha diperbaiki.
Komunikasi merupakan sebuah dasar dari hubungan. Jika tidak terbangun dengan baik, maka bisa dipastikan akan banyak kesalahpahaman yang terjadi. Banyak pesan yang tidak tersampaikan dengan baik kepada pasangan, sehingga memicu perselisihan.
Komunikasi yang baik akan membangun pondasi yang kuat antar pasangan, sehingga membuat lebih bebas untuk mengekspresikan emosi, keinginan dan hasrat seksual kepada pasangan.
Saya tiap hari ngobrol kok sama pasangan?
Perlu diingat, komunikasi itu bukan hanya berbicara satu sama lain, tapi ada proses mendengar apa yang diceritakan pasangan tanpa ada prasangka. Tidak semua orang mempunyai kemampuan mendengar yang baik dan ada beberapa orang tak pandai mengungkapkan isi hatinya. Semua ini terkait dengan karakter dan pola asuh yang selama ini melekat kepadanya.
Pasanganmu bukan cenayang harus menebak semua keinginanmu. Jangan tiba-tiba diam seribu bahasa ketika menginginkan sesuatu dari pasanganmu, katakan. Mereka perlu mendengar apa yang kita pikirkan, rasakan, dan inginkan.
Manusia itu rumit, tidak ada yang pasti.
Mengenai hal ini, saya jadi ingat perkataan Dosen saya, “Manusia itu tiap detik berubah, tidak bisa diprediksi. Bahkan pasangan yang sudah bertahun-tahun seranjang sama kamu,”
That’s why, hubungan komunikasi dengan pasangan harus terus diperbarui, harus belajar mendengar apa yang ingin dikemukakan oleh pasangan kita. Jika kebutuhan dasar ini terpenuhi, tidak mungkin dia ingin orang lain mendengarkan ceritanya.
Waktu terbaik memperbaiki komunikasi dengan pasangan ketika sama-sama tenang, seperti After Sex (masih saling memeluk, mulailah untuk berbicara), berduaan di dalam kamar. Pastikan tidak ada yang terdistraksi ketika sedang bersama.
Jika kesulitan memperbaiki hubungan komunikasi yang telah rusak, mungkin bisa mendatangi konselor pernikahan atau Psikolog Keluarga. Itu bukan merupakan hal yang tabu.
Memang bukan hal yang mudah, lalu kenapa tidak bertumbuh bersama?
Masalah Kepercayaan Terhadap Orang Lain
Masih ingat dengan Park Seong Joon? Salah satu karakter dari drama VIP yang mengambil tema perselingkuhan.
Dalam drama tersebut digambarkan bahwa Park Seong Joon tidak pernah memberi tahu kepada Na Jeong Son, istrinya mengenai permasalahan keluarga yang selama ini dialaminya. Bahkan, dia memilih menghadiri pemakaman ibunya, sendirian tanpa memberitahu sang istri.
Dari ini kita bisa melihat bahwa pasangan ini tidak hanya memiliki masalah komunikasi yang buruk tapi juga tentang kepercayaan Park Seong Joon sendiri terhadap sang istri. Menikahi orang yang kita cintai bukan berarti ikut meletakan kepercayaan di dalamnya.
Alasan Seong Joon lebih percaya kepada Yoo Ri karena bisa dibilang mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang.
Ada beberapa orang yang mengalami masalah kepercayaan terhadap orang lain. Bisa disebabkan oleh banyak hal tapi biasanya karena pola asuh di masa lalu. Anak-anak yang lahir dari orang tua bermasalah, ditelantarkan, biasanya lebih rentan terhadap kepercayaan terhadap orang lain.
Bonding yang tidak terbentuk dengan baik di masa bayi, akan membuat anak mengalami masalah trust terhadap orang lain kemudian hari, terlebih jika didukung oleh lingkungan yang tidak menyediakan kehangatan.
Masalah Respek/Harga Diri
Dalam KBBI, Respek berarti rasa hormat; kehormatan
Hormat di sini bukan seperti hubungan antara antara atasan dan bawahan. Lebih tepatnya saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tidak saling merasa dominan karena tugasnya lebih berat.
Sebagai Kepala Keluarga, lelaki memang diberikan beban lebih berat karena harus menghidupi anak, istri dan juga membimbing mereka. Istri juga memiliki tugas yang yang juga tidak ringan yaitu merawat, mendidik dan memastikan kebutuhan pangan semua anggota rumah itu terpenuhi.
Beberapa orang menjadikan pasangannya sebagai saingan, sehingga ujung-ujungnya permasalahan yang dibahas nggak jauh-jauh dari siapa yang lebih banyak menghasilkan materi atau saling tuding siapa yang tidak becus menjalankan tugas, saling menyalahkan dan terluka.
Harga diri yang terluka, merasa tidak penting bagi pasangan membuka celah kehadiran orang lain yang mungkin lebih memahaminya.
Coba diingat-ingat? Berapa banyak kita berterima kasih kepada pasangan karena sudah melahirkan anak yang sehat, mengurus keuangan keluarga?
Mungkin itu yang jarang kita lakukan. Semua saling sibuk mengukur ego masing-masing. Padahal, jika kita mau saja saling menghargai, setidaknya tidak akan membuat hubungan semakin rumit.
Kesimpulan:
Jika terjadi perselingkuhan, siapa yang disalahkan? Tentu saja pasangan yang menghadirkan pihak ketiga dalam keluarga, alih-alih membereskan semua permasalahan yang memang terjadi.
Seharusnya jika pernikahannya mulai bermasalah, mulai mencari titik terang di mana sebenarnya letak masalahnya, lalu diselesaikan bersama. Bukan, lantas mengambil jalan pintas untuk menghadirkan seseorang yang katanya lebih perhatian. Buat saya itu perbuatan yang egois.
Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua ikatan tapi bagaimana bertumbuh bersama karena memang dua individu yang berbeda karakter, pola asuh dan keseharian.
Setuju Mbak Tik, kalau saya bahkan merekomendasikan pisah ajah, ketimbang merasa nggak nyaman dengan pasangan lalu selingkuh.
ReplyDeletePisah baik-baik itu jauh lebih mudah ketimbang pisah karena marah.
Kasian keluarga dan anaknya.
Masalah ya diselesaikan, kalau nggak bisa berkomunikasi, pakai surat juga bisa hahahaha.
Bahkan orang-orang yang terlahir nggak bisa bicara belajar bicara dengan caranya, lah ini bisa bicara nggak mau komunikasi malah selingkuh *eaaa :D
semua bisa diselesaikan asal mau dan niatnya kuat. Entah untuk kembali rujuk atau pisah baik-baik
Deletebaca part dari adegan VIP yang Park Seong Joon menghadiri sendiri pemakaman ibunya, aku kok nyesek ya. Keliatan gitu seberapa jauh hubungan mereka :(
ReplyDeletebegitu menyedihkan ya, bahkan sang suami tidak bisa menceritakan perihal kesedihannya sama si istri
DeleteSetuju dengan poin pertama, Mbak Tika. Pernah pas kerja di penerbitan dulu, ada penulis konsultan pernikahan yang sering menangani orang penting termasuk selebriti, katanya rata-rata setelah ditelisik ya karena kurang komunikasi. Padahal bisa diselesaikan dengan komunikasi yang benderang. Saling terbuka, bukan menebak-nebak gitu. Belum lagi kalau diperparah dengan saling ga percaya, berat deh. Kalaupun menghadirkan pihak ketiga ya paling coach atau konsultan ya biar masalah ga tambah runyam. Jadi inget kemarin habis baca buku Menikah Untuk Bahagia.
ReplyDeletekebanyakan komunikasi memang pencetus dari tidak baiknya sebuah hubungan yang kemudian merambat kemana-mana, mas.
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir