Kalimat ini yang selalu saya pegang tiap kali hendak menjalin pertemanan dengan orang baru.
Bukan apa-apa. Hanya saja, ada kalanya ketika kita sudah dianggap 'dekat' dengan orang lain tanpa disadari kita bertingkah menyebalkan. Yah, berasa sudah kenal luar dalam gitu, jadi gampang banget melakukan hal-hal yang sebetulnya mengganggu bagi dia. Hanya karena embel-embel 'pertemanan' hal itu dikesampingkan.
Ayo coba deh diingat-ingat?
Saya sendiri bukan tipe orang yang suka bermain konflik. Saya lebih memilih mengalah ketimbang beradu urat dengan orang lain, kecuali orang tersebut sudah benar-benar kelewatan. Sebenarnya sikap mengalah ini tidak baik juga sih, harusnya bisa dihadapi biar orang lain tahu juga perasaan kita.
Beberapa kali dimanfaatkan oleh teman karena sifat saya yang selalu mengalah. Sampai sadar bahwa sebenarnya mereka sudah mengambil kendali akan hidup saya. Melelahkan.
Kalau sudah berada di ujung tersebut? Saya memilih pergi, keluar dari lingkaran yang membuat jiwa saya sakit. Seperti yang pernah saya lakukan beberapa tahun lalu. Hubungan pertemanan kami sudah tidak sehat lagi.
Teman menyebalkan itu bisa jadi siapa saja atau bahkan kita sendiri. Beberapa orang terkadang tidak sadar kalau pernah menjadi Toxic buat orang lain. Begitu sadar, orang lain mulai menjauh pergi dan ujung-ujungnya merasa menjadi korban. Padahal, sumbernya ya dari dia.
Lalu seperti apa sebenarnya pertemanan yang sehat itu?
Baca juga:
Tuntutan merawat penampilan bukan hanya masalah gender
Belajar Ilmu Psikologi untuk diri sendiri dan orang lain
Kita Tidak Akan Pernah Membuat Puas Orang Lain
Berhenti Menanyakan Hal-Hal yang Nggak Penting
“Kapan nikah?
“Kemarin kamu habis liburan kemana? Sama siapa sih?”
“Kamu lagi sedih ya? Kok dari kemarin kelihatan murung?”
Merasa sadar nggak, kalau pertanyaan-pertanyaan seperti ini hampir selalu datang dari orang-orang terdekat di sekitar kita, salah satunya teman. Merasa dekat lalu mereka bebas gitu menanyakan hal-hal yang nggak penting.
Sesekali mungkin wajar ya tapi ini sampai berkali-kali. Kok rasanya mengganggu. Coba deh dibalik, kalau pertanyaan seperti ini diajukan kepadamu? Pasti BT juga, kan?
Menjadi teman yang baik itu adalah tahu kapan waktu yang tepat untuk bertanya terlebih lagi jika pertanyaannya merujuk ke sesuatu yang bersifat pribadi. Pahami situasi sebelum kamu bertanya, jangan sampai rasa ingin tahu itu membuat orang lain lain nggak nyaman. Jika temanmu belum mau berbicara, jangan kamu tiba-tiba berondong dia dengan berbagai pertanyaan. Bisa-bisa kamu diblokir dari daftar pertemanan.
Teman Bukan Cenayang yang Harus Tahu Semua Masalah
Long time ago, saya punya teman yang tiba-tiba mendiamkan saya tanpa alasan. Tahu-tahu dia main dengan geng lain dan saya ditinggal. Dasar saya yang cuek, ditinggalkan satu teman ya basa saja. Sampai suatu hari saya mendengar celotehan teman, katanya saya bukan teman yang perhatian.
Loh.
Saya waktu itu cuman ngelus dada saja. Sebagai seorang sahabat/teman bukan berarti harus tahu semua masalah temanmu. Ya kali sampai segitunya pengin tahu semua urusan dia. Berasa hidup cuman isinya dia.
Saya bukannya tidak perhatian, hanya menjaga dan menunggu waktu yang tepat kapan dia harus diperhatikan. Diam-diam saya pengamat ulung, mengamati beberapa pola tingkah laku teman terdekat. Hanya saja ketika yang di sana tidak memberikan sinyal untuk bercerita. Tentu saya tidak punya hak mendobrak hal pribadi mereka hanya karena status teman.
Beri Dia Waktu Ketika Tidak Mau Diganggu
Menjadi teman bukan berarti selama 24 jam dia harus bersama kamu. Setiap orang punya hak menjalani kehidupan pribadinya. Ketika dia tidak segera cepat membalas pesanmu seperti biasanya, bukan berarti dia tidak ingin berteman denganmu. Berarti dia sedang ingin menjalani kehidupan pribadinya.
Jangan drama atau baper.
Siklus pertemanan itu memang nggak selalu seiring sejalan. Ada masanya dia sedang tidak ingin berbagi cerita dengan kita tapi dengan temannya yang berbeda. Itu bisa saja terjadi. That's a life.
Beri saja jarak. Maka akan menimbulkan kerinduan. Doakan saja temanmu baik-baik saja.
Teman Bukan Hanya Tempat Berkeluh Kesah
Temanmu bukan ember rusak yang harus selalu mendengarkan keluh kesah tentang keseharian. Bercerita tentang hal pribadi yang membingungkan itu wajar tapi bukan berarti setiap kali bertemu dengan dia, obrolannya hanya didominasi keluhanmu saja.
Membosankan, tahu.
Yuk ah, kalau ketemu teman itu ditanyakan kabarnya dulu, membicarakan hal-hal yang dilakukan atau mengingat-ingat masa lalu yang bahagia. Pahami juga keadaanya, Jangan sampai menambah beban apalagi bikin teman sakit kepala memikirkan masalahmu.
Teman Bukan Ajang Persaingan
Jika memiliki teman yang mungkin keahliannya di atas kita jangan dijadikan sebagai saingan. Pasti bikin pertemananmu rumit karena diiringi rasa iri. Terus merasa kesal karena dia jauh lebih beruntung daripada kita. Gitu saja terus sampai dua kali lebaran.
Iri sama kemampuan teman sebenarnya wajar tapi kita ubah energi negatif tadi sebagai pelecut untuk bisa belajar lebih baik lagi. Bisa jadi temanmu yang lebih beruntung tadi memang berusaha lebih keras dari kamu.
Kenapa tidak kita tumbuh bersama dengan meminta bantuan dia untuk mengajari kita. Rangkul saja temanmu jangan dianggap sebagai rival.
Hubungan pertemanan memang tidak selamanya seiring sejalan, namun kita juga harus belajar untuk memahami kondisi orang lain. Jangan melulu hanya fokus sama diri kita tapi mengesampingkan perasaan teman. Yuk ah, jangan jadi teman yang menyebalkan.
nah, kadang kita sendiri lupa apakah kita sudah mencoba untuk menjadi teman yang tidak menyebalkan. dan bener mbak, terkadang karena merasa sudah terlalu dekat jadi kurang peka apakah sikap kita menyebalkan atau tidak. wah diingetin lagi nih sama Mbak Tika...
ReplyDeletekadang kalau udah terlalu fokus sama orang lain, kita suka lupa diri
Delete