Ancaman Bakteri Resistan Di Seluruh Dunia
Tahukah kamu, bahwa hampir di seluruh dunia mengalami sebuah bencana yang cukup mengejutkan yaitu AMR (Antimicrobial Resistance) alias bakteri resistan? Setiap harinya ditemukan banyak pasien yang mengalami penyakit karena bakteri resistan.
Tahun 2013, menurut WHO terdapat laporan 700.000 kematian akibat komplikasi bakteri resistan per tahun. Diperkirakan di tahun 2050, angka tersebut akan mencapai 10.000.000 kematian akan akibat bakteri resistan, sekitar 8.200.00 akibat kanker.
“Bakteri Resistan adalah bakteri yang akibat perubahan biologis, salah satunya mengalami mutasi sehingga tidak bisa dihambat atau dimatikan oleh antibiotik yang biasa digunakan.”
Sungguh mengerikan.
Resistansi antibiotik ini telah menjadi masalah global yang tidak main-main dan terus mengalami peningkatan setiap hari. Ada banyak ribuan nyawa yang meninggal akibat infeksi bakteri multiresistan di berbagai belahan dunia.
Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia
Biaya untuk mengatasi bakteri resistan bisa dibilang cukup besar, kisarannya USD 100 Trilliun, sehingga bisa dikatakan bahwa ancaman bakteri resistan menjadi masalah kesehatan terbesar saat ini.
Demi meningkatkan kesadaran akan pemahaman tentang resistansi antibiotik, mulai sejak tahun 2015, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan setiap pekan ketiga di Bulan November sebagai Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia.
Dengan adanya Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia diharapkan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menggunakan antibiotik dengan bijak.
Tanggal 30 November 2019 kemarin saya termasuk beruntung karena bisa menghadiri seminar Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia atau lebih dikenal sebagai WAWW (World Antibiotic Awareness Week) di RS Dr. Soetomo Surabaya.
Seminar ini diadakan salah satu bagian dari PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) yang tengah dilakukan oleh Dr. Soetomo. Acara ini dihadiri oleh Kader Kesehatan, Guru, Siswa, Mahasiswa, Staf Internal Rumah Sakit, Blogger Kesehatan dan juga elemen lapisan masyarakat. Harapannya setelah mengikuti seminar ini, masyarakat lebih bijak dalam penggunaan antibiotik dengan tidak membeli tanpa resep.
Seminar ini diadakan salah satu bagian dari PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) yang tengah dilakukan oleh Dr. Soetomo. Acara ini dihadiri oleh Kader Kesehatan, Guru, Siswa, Mahasiswa, Staf Internal Rumah Sakit, Blogger Kesehatan dan juga elemen lapisan masyarakat. Harapannya setelah mengikuti seminar ini, masyarakat lebih bijak dalam penggunaan antibiotik dengan tidak membeli tanpa resep.
Penyebab Krisis Resistansi Antibiotik
Antiobiotik merupakan obat atau bahan kimia yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri.
Antibiotik kali pertama ditemukan oleh Alexander Flemming tahun 1928. Banyak digunakan untuk mencegah wabah infeksi yang terjadi pada perang dunia ke 2. Lama-kelamaan antibiotik banyak disalahgunakan dan bebas ditemui sehingga penggunaanya menjadi tidak terkendali.
Overuse:
Tidak hanya itu, belum adanya regulasi mengenai pembelian antibiotik juga membuat para pedagang online ikut dengan bebas menyediakannya di lapak-lapak mereka.
Hal ini yang mendorong pemakaian antibiotik menjadi tidak terkendali dan menjadi ancaman global jika tidak segera diatur dengan tepat.
Pengobatan Dengan Antibiotik yang Tidak Tepat
Pengobatan dengan Antibiotik yang tidak tepat ikut mendorong munculnya resistansi Antibiotik.
Masih banyak tenaga kesehatan yang meresepkan antibiotik kepada pasien yang sebenarnya tidak membutuhkan pemberian antibiotik.
“Kalau cuman batuk pilek, olahraga juga sembuh tanpa harus minum Antibiotik.” Itu yang disampaikan oleh Dr. Joni Wahyuhadi, dr.,SpBS-K pada acara pembukaan Pekan Kewaspadaan Antibiotik Dunia.
Menurut Dr Joni, Direktur RS. Dr. Soetomo masih banyak masyarakat yang menganggap Antibiotik adalah Obat dari segala Penyakit, salah satunya saat kita Flu. Padahal penyakit Flu/Pilek disebabkan oleh Virus sehingga tidak membutuhkan antibiotik. Justru malah merugikan karena membunuh bakteri baik yang berkembang di tubuh.
Beberapa penyakit yang tidak memerlukan pemberian antibiotik dalam penyembuhannya, seperti Batuk Pilek, Demam Berdarah, Cacar Air, Campak, dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh Virus.
Penggunaan Antibiotik dalam Bidang Pertanian dan Pangan
Lalu kok bisa Bakteri resistan masuk dalam tubuh manusia?
Antibiotik yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit biasanya dicampur dalam pakan ternak, sehingga membuat bakteri resistan berkembang di tubuh hewan. Kemudian hewan tersebut dikonsumsi manusia dan bakteri resistan bertransmisi ke tubuh manusia. Lalu, bakteri resistan tersebut akan berkembang di tubuh manusia.
Keberadaan Antibiotik Baru
Menurut Dr. Dominicus, Husada, SpA(K) dalam 30 tahun belum ada penemuan antibiotik baru. Sedangkan bakteri-bakteri baru berkembang dan berevolusi setiap harinya.
Sehingga menyebabkan antibiotik-antibiotik lama tidak lagi efektif dengan kehadiran bakteri yang baru muncul. Hal ini mendorong krisis akan resistansi antibiotik.
Seperti yang kita tahu untuk menemukan sebuah antibiotik yang baru dibutuhkan riset yang lama dan tentunya dengan biaya yang cukup besar belum lagi serangkaian uji coba yang kadang tidak mudah disetujui untuk dijual ke pasaran.
Baca juga:
Mencari PCR Test Di Surabaya
Mencegah Penggunaan Antibiotik
“Ya Jangan Sakit,” ujar Dr. Dominikus, SpA(K) staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak. tubuh itu memiliki sistem ketahanan sendiri untuk bisa melawan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Caranya dengan selalu menjaga kesehatan tubuh: istirahat yang cukup, rekreasi, tidur yang cukup serta makan makanan yang bergizi.
Apabila sedang sakit, usahakan untuk memakai masker supaya tidak menularkan kepada orang lain, mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan aktifitas apapun.
Mari kita gunakan antibiotik secara benar dan bijak:
- Antibiotik hanya untuk penyakit infeksi yang disebabkan bakteri,
- Penyakit infeksi karena virus tidak memerlukan antibiotik,
- Pembelian antibiotik harus menggunakan resep dokter (tidak boleh membeli antibiotik tanpa resep dokter),
- Tidak mengulang pembelian antibiotik menggunakan copy-resep,
- Tidak boleh menyimpan antibiotik sisa
- Tidak boleh memberikan antibiotik sisa kepada orang lain
- Tidak menggunakan antibiotik untuk mencegah penyakit
Well, buat kamu yang masih suka membeli antibiotik tanpa pengawasan dokter. Yuk, lebih bijak dalam menggunakannya, jika memang sakit, konsultasikan masalah kesehatanmu dengan dokter supaya mendapatkan pengobatan yang tepat.
Jangan lupa jaga kesehatan.
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment