Berawal dari writer block alias mati ide, saya memilih melakukan blogwalking. Biasanya kegiatan ini cukup ampuh untuk memantik ide-ide baru yang ada di kepala atau paling tidak merangsang mood menulis.
Blog yang saya kunjungi kali ini milik Helen (sayangnya kemarin nyoba buka lagi, blognya udah nggak aktif). Dia menulis postingan yang intinya tentang ‘sudahkah media sosial kita itu layak untuk diikuti?’
Sebagai seorang pekerja konten, tentu saja kita tidak pernah lepas dari tugas membuat konten-konten yang tujuannya untuk mempengaruhi orang lain. Ada kalanya kita diminta membuat sebuah produk tertentu layak untuk dibeli. Hal yang lain adalah kadang kala kita tanpa sadar ikutan menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya.
Seperti yang kita ketahui kalau media sosial itu seperti koin dua sisi. Satu hal dia bersifat menguntungkan, mempermudah kerja kita dalam menyebar sebuah informasi. Sisi sebaliknya, media sosial bisa menjadi sebuah pisau tajam yang menyakitkan, bisa tanpa sadar menyakiti penggunanya.
Postingan Helen ini sukses membuat saya merenung tentang hal-hal yang telah saya bagikan di media sosial. Benarkah semua konten yang saya bagikan bernilai untuk orang lain atau malah memberikan pengaruh tidak baik?
Akhir-akhir ini saya mulai memilah-milah terhadap akun-akun media sosial yang ingin saya ikuti. Terkadang meskipun saya kenal orangnya tapi tidak suka dengan isi kontennya. Ya udah mending saya nggak follow sekalian. Daripada ujung-ujungnya saya sebal dan sakit hati. Malah bikin darah tinggi. Obatnya mahal, dong!
Lantas akun media sosial seperti apa yang layak diikuti?
Berikan ‘value’ Pada Orang Lain
Konten yang kita bikin tidak harus ‘wah’ tapi sesuatu yang sederhana tapi memberikan ‘nilai yang bermanfaat’ bagi orang lain. Sehingga sehabis dia membaca/melihat postingan kita di media sosial menjadi senang, semangat atau malah bisa bangkit dari keterpurukan.Yes, poin utamanya adalah buatlah konten yang memiliki ‘makna’ untuk orang lain.
Baca juga: 4 Kanal Youtube Fotografi
Semua Orang Tidak Perlu Tahu Tentang Kehidupan Pribadimu
Mengeluh sesekali di Media Sosial sih boleh saja tapi kalau itu menjadi sesuatu yang sering. Rasanya nanti dulu deh.
Rasanya tidak semua orang yang pengin tahu kehidupan orang lain. Jadi, tahan diri untuk tidak terlalu membuka kehidupan pribadimu untuk orang lain. Apalagi kalau itu merupakan aib.
Saya pernah punya pengalaman mengenai ini. Saya pernah loh dimaki sama salah satu teman FB gara-gara keseringan gonta-ganti status. Waktu itu saya kira itu sesuatu yang wajar. Ternyata tidak. Dari situ saya belajar bahwa tidak semua tentang kehidupan pribadimu yang bisa dibagikan di media sosial.
Netizen sekarang ini jahat. Bahkan lebih jahat daripada yang punya status. Bijaklah saat menuliskan perasaanmu. Jangan sampai jadi boomerang.
Membuat Batasan Antara yang Boleh Diberitahukan Ke Medsos dan Tidak
Seperti yang saya bilang di atas tentang semua orang tidak perlu tahu tentang kehidupan pribadimu. Maka, buatlah batasan-batasan yang boleh diunggah ke media sosial. Jangan sampai postingan kita pada akhirnya menyakiti orang lain.Kamu sedang marah sama orang lain, beritahukan saja langsung. Daripada memaki-makinya di media sosial, toh tidak akan membuat masalahmu dan dia beres.
Saya tahu itu akun personalmu tapi ada orang lain yang juga ingin mencari ‘makna’ dari postinganmu. Maka, pilihlah konten yang kiranya bermanfaat.
Batasan-batasan itu bisa membantumu untuk menjadi diri sendiri di dunia nyata. Sehingga kamu masih mempunyai privasi sebagai dirimu sendiri.
Baca juga: IGTV fitur baru dari Instagram
Konten yang Tidak Merusak Orang lain
Beberapa bulan ini saya sedih karena beberapa influencer yang saya kagumi mulai kehilangan arah. Bahasan dia udah tidak seperti saat kali pertama. Saya sadar semua orang berubah tapi hanya saja itu membuat sedih.
Sebagai seorang influencer kita juga berkewajiban dalam mendidik orang lain. Hanya karena alasan konten bukan berarti kita tidak bertanggung jawab dengan kehidupan orang lain.
Di antara pengikut kita, pasti ada pemula yang baru belajar bermedia sosial. Jangan sampai dia beranggapan ‘memaki’ di media sosial itu hal biasa. Pada akhirnya kita malah merusak orang lain.
Ada orang yang berkoar-koar tentang revolusi mental eh tapi konten dia malah membuat orang lain mengelus dada. Come on.
Baca juga: 10 Akun Instagram yang Menginspirasi
Like Bukan Patokan
Media sosial sekarang ini udah kayak persaingan pemilu. Semua orang hanya berfokus pada like, dan komen. Tanpa peduli apakah konten yang dibuat itu menarik, mudah dipahami oleh orang lain.
Yap, sebab like di jaman sekarang sama dengan uang.
Saya sendiri, lebih suka akun-akun yang memang peduli terhadap kontennya ketimbang berpacu pada like dan komentar.
Lihat Juga: Pencapaian-pencapaian sebagai blogger di tahun 2018
Semua orang punyak hak pribadi atas media sosialnya. Itu hak kalian bagaimana mengelolanya tapi jangan lupa, kamu juga berkewajiban dalam mendidik orang lain. Jadi, bijaklah saat menggunakan media sosial.
Sudahkah, akun media sosialmu layak untuk diikuti?
Salam,
Semua orang punyak hak pribadi atas media sosialnya. Itu hak kalian bagaimana mengelolanya tapi jangan lupa, kamu juga berkewajiban dalam mendidik orang lain. Jadi, bijaklah saat menggunakan media sosial.
Sudahkah, akun media sosialmu layak untuk diikuti?
Salam,
Ikut merenung juga, semoga akun sosmed kita tidak membawa pengaruh negatif untuk orang lain ya mbak
ReplyDeleteIya. Semoga tidak menjadi dosa di akhir nanti
Deletesetuju banget kalo kehidupan pribadi itu nggak perlu di umbar.. <3
ReplyDeleteSeketika langsung kicep karena selama ini sosmedku isinya gak penting hahah. Sekarang mulai berpikir, kalo pisting sesuatu harus ada faedahnya untuk diri sendiri maupun orang lain
ReplyDeleteBener banget mbak kehidupan ppribadi biarkan diri sendiri dan Tuhan yang tahu :)
ReplyDeleteTerima kasih informasinya kak
ReplyDeleteInfo nya bermanfaat banget, makasih kak :)
ReplyDeleteKita harus menjaga media sosial kita agar tidak berdampak negatif pada orang lain :)
ReplyDeleteIya bener banget tidak harus semua yang kita lakukan orang lain harus tahu
ReplyDeleteTerima kasih info nya :)
ReplyDeletePunyaku layak diikuti mbak, soalnya nggak penuh foto selfie dan caption yg nggak nyambung :)))) Rasanya aku memang nggak cocok sama sosmed deh. Kalau nggak karena sudah terlanjur nyemplung, mungkin aku memilih nggak punya sosmed aja.
ReplyDeleteBetul mbak, netizen sekarang jahat. Salah dikit di capture trus dishare kemana-mana buat bahan nyinyiran. Ngeri lah. Makasih sudah mengingatkan.
ReplyDeletePlak! Menyadarkan diri. Membuat saya ķudu lebih hati-hati dalam.menulis di kemudian hari. Makasih nasehatnya Mbak.
ReplyDeleteSama-sama. Saya juga merenung dulu sebelum mengunggahnya di medsos
Delete