Cerdas Memilih Bahan Pangan dan Bijak Menggunakan Susu Kental Manis
“Yang penting Enak!”
Familiar dengan kata-kata di atas ini?
Rasanya pasti kita sudah ribuan atau puluhan juta kali mendengar tagline di atas atau kita sama terbujuknya oleh iklan suatu merek bahan pangan yang katanya mengandung susu?
Lah terus kalau bukan susu, terus isinya apaan ya?
Nggak mau menebak-nebak sendiri.
Hari minggu kemarin, saya mendapatkan kesempatan untuk bisa hadir dalam sebuah acara yang diadakan oleh PP Muslimat NU Jawa Timur, Sosialisasikan Cerdas Memilih Bahan Pangan Anak dan Bijak Menggunakan Susu Kental Manis. Hari itu saya banyak belajar langsung dari ahlinya tentang polemik yang berkaitan dengan Susu Kental Manis ini.
Roadshow yang dilakukan oleh PP Muslimat NU ini didasarkan oleh banyaknya kasus mengenai gizi buruk pada anak dan kasus tentang mengenai seorang balita mengalami permasalahan kesehatan yang buruk akibat penggunaan Susu Kental Manis yang diberikan sebagai kebutuhan utama.
Hal ini menggerakkan hati Pengurus PP Muslimat NU yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, lembaga BPPOM dan YAICI untuk turut serta mengedukasi masyarakat mengenai cerdas memilih bahan pangan anak dan bijak menggunakan SKM.
Permasalahan Gizi dan Kurang Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pemilihan Bahan Pangan
Indonesia belakangan ini dihadapkan dengan permasalahan mengenai gizi yang cukup serius. Tidak hanya problem mengenai kekurangan gizi yang sekarang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Negara kita juga dihadapkan dengan masalah gizi ganda, di mana konsumsi makanan berkalori tinggi semakin banyak terjadi di masyarakat, terutama anak-anak.
Hal ini tentu cukup meresahkan. Permasalahan mengenai gizi ini jika tidak terselesaikan dengan baik akan membuat penurunan kualitas pada generasi mendatang.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Dr. dr. Kohar Hari Santoso, Sp.An, KIC, KAP menyatakan,” Indonesia tidak hanya mengalami masalah utama mengenai gizi buruk tapi juga gizi ganda. Di mana terjadinya peningkatan Penyakit Tidak Menular seperti Stroke, Jantung, Diabetes dan Obesitas. Hal ini disebabkan oleh salah pola konsumsi dan gaya hidup.”
Fenomena yang sekarang berkembang di masyarakat adalah orang tua cenderung menghadirkan makanan yang cepat dan praktis tanpa membutuhkan tenaga lebih untuk memasak. Era sekarang itu dominan terburu-buru, sehingga beberapa dari mereka tidak punya waktu menyiapkan makanan yang kandungannya lengkap untuk anak. Apa yang cepat dan praktis, terpenting anak kenyang.
Padahal pemenuhan gizi yang lengkap itu penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi yang lengkap itu melingkupi lemak, protein, mineral, serat, kalsium, dll. Bayangkan saja jika anak hanya mengonsumsi lemak saja, bagaimana dia akan tumbuh menjadi generasi yang sehat. Begitu sebaliknya, jika anak terlalu banyak mengkonsumsi bahan pangan tinggi lemak juga tak baik untuk kesehatannya.
Senada dengan dr. Kohar, menurut dr. Sulvi, Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinas kesehatan Jawa Timur, “Pola asuh orang tua sekarang yang berhubungan dengan makanan adalah maunya cepat dan praktis. Ada beberapa yang menyerahkan persoalan makanan anak pada pihak ketiga seperti memesan dari restoran, dll sehingga mereka jarang turut andil dalam pemenuhan gizi anak.”
Nggak usah jauh-jauh sih, saat kita berbelanja di supermarket, coba deh ingat berapa dari kita yang repot-repot membaca kemasan dari bahan pangan itu. Paling hanya sekedar memeriksa tanggal kedaluarsa. Selesai, masukkan keranjang dan bayar.
Cek Label dari kemasan yang kita beli (Contoh Label Kemasan). |
Padahal selain memeriksa kemasan, tanggal kedaluarsa, ijin edar, hal lain yang sering kita lewatkan adalah memeriksa bahan kandungan apa saja yang ada di dalamnya. Dengan memeriksa label kemasan, kita bisa bijak dalam memilih bahan pangan yang sesuai untuk keluarga.
Problematika Terkait Dengan Penggunaan Susu Kental Manis
Rasanya kita semua tahu bahwa:
“Susu Kental Manis Bukan Untuk Konsumsi Balita dan Anak”
Lantas kenapa masih ada yang memberikan Susu Kental Manis sebagai pemenuhan gizi utama pada anak?
Ada beberapa faktor yang mendasarinya. Pertama, harga susu kental manis itu lebih murah dari susu formula dan apalagi tersedia dalam bentuk sachet. Terjangkau untuk ibu-ibu yang terbatas dalam penghasilan.
Kedua, iklan di televisi yang menggambarkan betapa hebatnya produk Susu Kental Manis sehingga bisa memenuhi kebutuhan Gizi yang membuat kita salah kaprah selama berpuluh-puluh tahun.
"Iklan SKM sebagai susu sudah ada sejak hampir seabad silam dan tertanam kuat dibenak masyarakat Indonesia sebagai susu bernutrisi," ujar Arif, Ketua YAICI (Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia).
Jadi, nggak salah kalau konsumen tetap mengira kandungan 'susu' dalam Susu Kental manis bisa memenuhi asupan gizi utama pada anak. Itulah yang ingin diregulasi oleh BPPOM mengenai muatan iklan yang mengutamakan kata 'susu' pada kandungan susu kental manis.
PerBPOM No 31 tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan melarang penggunaan susu kental manis dianggap sebagai minuman tunggal. Terdapat 2 pasal yang mengatur susu kental manis dalam peraturan tersebut, yaitu: pasal 54 butir 1 dan pasal 67 butir w dan x.
Pasal 54 memuat kewajiban produsen mencantumkan tulisan berbunyi:
Perhatikan!
Tidak untuk menggantikan Air Susu Ibu
Tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan
Tidak dapat digunakan sebagi satu-satunya sumber gizi.
Tidak untuk menggantikan Air Susu Ibu
Tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan
Tidak dapat digunakan sebagi satu-satunya sumber gizi.
Sementara pasal 67 butir W memuat larangan berupa pernyataan/visualisasi yang menggambarkan bahwa susu kental dan analognya disajikan sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu dan sebagai sati-satunya sumber gizi. Butir X memuat larangan pernyataan/visualisasi yang semata-mata menampilkan anak dibawah usia 5 (lima) tahun pada susu kental dan analognya.
Memang benar, Susu Kental Manis masuk ke dalam bahan pangan berkategori susu. Tapi tidak bisa disamakan dengan produk susu lainnya yang memang untuk konsumsi sehari-hari apalagi menjadi pengganti ASI. Kandungan susu dalam sekaleng susu kental manis tidak bisa memenuhi asupan gizi harian.
“Bagaimana pun, ASI adalah makanan untuk bayi usia 0-6 bulan yang dilanjutkan bisa sampai usia 2 tahun.”
Ketiga, Praktis dan Anak-anak Suka. Rasa manis itu sungguh membuat candu, terlebih lagi untuk anak-anak. Eh, nggak hanya anak-anak sih, saya juga suka susu kental manis tanpa air. Rasanya pengin terus dijilatin sampai habis. Membuatnya pun mudah tinggal seduh dengan air hangat.
Efek candu itu yang membuat anak-anak susah lepas dari yang namanya susu kental manis. Padahal kandungan kalori/gula yang tinggi pada susu kental manis tidak baik untuk anak-anak. Jika dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan resiko terkena penyakit degeneratif. Seperti yang kita tahu merupakan akumulasi dari gaya hidup tidak baik.
Tidak hanya untuk anak-anak. Penggunaan Susu Kental Manis untuk orang dewasa jika dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan dampak kesehatan. Susu Kental Manis bisa digunakan sebagai penambah citarasa makanan, bukan untuk konsumsi sehari-hari.
“Bukankah, sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan itu tidak baik?”
Bijaklah dalam menggunakan bahan pangan apapun dan jangan lupa untuk periksa kemasan, label makanan, ijin edar dan tanggal kedaluarsa pada setiap bahan pangan yang kita beli.
...karena perubahan dimulai dari diri kita sendiri.
Salam,
makasih sharingnya
ReplyDeleteSemoga bermanfaat
DeleteSKM memang enak tapi bukan untuk diminum sebagai susu. Infonya lengkap banget Kak.. makasih yaaa :)
ReplyDeleteTerima kasih, semoga bermanfaat
DeleteAku ikut acaranya di Semarang ni, bergizi banget ya jadi dapat banyak ilmu..
ReplyDeleteWah samaan. Iya kudu pintar memilah bahan pangan
Delete