Pengalaman Menggunakan Kamera Fujifilm Q1 Digital
Saya masih ingat ketika merengek kepada Papi untuk minta dibelikan Kamera padahal waktu itu sudah diberi hak untuk menggunakan Kamera Film yang kami punya. Yah, namanya masih usia muda. Lihat barang canggih dikit itu rasanya pengin memiliki apalagi ini Kamera Digital, nggak lagi pakai film.
Papi sih awalnya nggak mau belikan dengan alasan Kamera yang sering saya gunakan itu masih bagus tapi saya terus merajuk. Saya bilang sama Papi bahwa sekarang eranya canggih, Kamera digital itu membantu apalagi hasil fotonya bisa disimpan dan dicetak. Enaknya lagi kita bisa melihat langsung hasil jepretan melalui layar LCD tanpa harus menunggu dicetak klise dan memilih mana foto yang bagus. Belum lagi kalau pakai Kamera Film memiliki resiko fotonya hangus alias nggak jadi.
Membujuk Papi bukanlah perkara mudah. Sebab Papi agak memiliki pribadi yang ‘kolot’ rada gimana dengan teknologi. Prinsip beliau pun selama masih bisa digunakan kenapa harus membeli yang baru. Saya berhenti merengek beberapa bulan sampai akhirnya ada ijin dari Papi untuk membeli kamera. Syaratnya harus rajin kuliah dan menjaga sendiri barang yang dimiliki.
Apa yang membuat saya ingin membeli kamera digital? Salahkan saja Iklan. Ternyata saya termasuk orang yang mudah terbujuk rayuan iklan. Kata Mami, ketika masih kanak-kanak dulu tiap kali ada yang baru di TV, saya pasti minta dibelikan. Nasib, oh nasib gampang terbujuk. Sekarang sih ya kadang-kadang aja terbujuk iklan.
Pilihan saya kala itu adalah Fujifilm Q1 Digital, saya suka dengan bentuknya dan tentunya memiliki harga yang tidak terlalu mahal. Sekitaran di bawah 1 juta rupiah atau lebih tepatnya tujuh ratus lima puluh ribu. Spesifikasinya cukup mumpuni, dibekali Kamera sebesar 2 MP dengan fitur-fitur sederhana ala kamera digital, seperti: macro, landscape di era itu. Cukuplah buat pemula seperti saya.
Saya membeli kamera itu di Yogyakarta, pas kebetulan saya lagi berlibur ke tempat kakak. Diantar sama Kakak Ipar ke salah satu kawasan di Yogyakarta yang menjual kamera. Perginya siang-siang naik motor, kepanasan tapi bahagia sebab apa yang diinginkan bisa terwujud.
Punya kamera baru senangnya bukan main, semua objek jadi bahan untuk dipotret apalagi nggak perlu susah-susah ngelirik dari lobang view finder seperti yang ada di kamera film. Tinggal cari objek, lihat di LCD dan klik. Hasilnya langsung bisa dilihat tanpa harus mencetak klise. Saya kagum sama teknologi ini dulu, rada ndeso dikitlah.
Besoknya, pas jalan-jalan pagi sama Kakak, saya bawa kamera dong. Hihi, gaya banget sih. Entahlah, kenapa buat saya fotografi itu menarik. Saya selalu membawa kamera ini dan memakainya hampir setiap hari. Saking sayangnya, saya jarang meminjamkannya pada orang lain.
Pernah dink, satu kali. Suatu hari ada sahabat di kampus sedang ada tugas kerja lapangan. Dia mau meminjam kamera yang saya punya, wih gimana ya karena dia butuh sekali. Saya pun meminjamkannya selama 3 hari.
Selama kamera saya dipinjam, hidup saya nggak tenang rasanya. Gelisah, berasa insecure takut kameranya bermasalah. Yah, tahu sendiri belinya penuh perjuangan setelah berhari-hari merengek sama Papi. Alasan lainnya adalah takut ditanyain Mami. Soalnya Mami itu tidak terlalu suka kalau saling meminjam barang terlebih lagi kamera.
Yah, pas teman saya mengembalikan, rasanya lega banget. Sejak saat itu saya tidak pernah meminjamkan kamera saya pada orang lain kecuali Kakak.
Rasanya peran kamera mungil ini banyak membantu dan saya masih penasaran di manakah saya menyimpan data-datanya ya. Coba ah kapan-kapan oprek-oprek laptop lama sapa tahu ketemu.
Sayangnya, Kamera Fujifilm Q1 milik saya itu kini sudah rusak. Layar LCDnya retak dan nggak bisa dinyalakan, padahal bentuknya lucu mirip sama Kamera Fujifilm Polaroid. Ya sudahlah, Setidaknya masih bisa saya gunakan untuk properti foto.
Kamera Fujifilm Q1 ini turut andil dalam membuat saya suka dengan bidang fotografi. Sejak punya kamera digital Q1 saya jadi semangat memotret dan punya keinginan untuk memiliki kamera lebih bagus seperti DSLR
Alhamdulillah, mimpi itu terwujud. Sekarang saya sudah punya Alpha, Kamera Mirrorless yang setia menemani saya kala bosan dan untuk membantu pekerjaan. Kapan-kapan nanti saya bikin postingan soal Alpha deh.
Eh, kalau boleh tahu dulu kalian punya kamera kesayangan nggak? Cerita dong.
Kameranya lucu bentuknya
ReplyDeleteKalau saya dulu pakai Ben Q sama Samsung.
mirip sama fujifilm polaroid ya
Deletelah kameranya lucu banget sih ini, bentuknya dulu beragam ya
ReplyDeleteiya mba, kamera jaman dulu bentuknya lucu-lucu
Deleteaku dulu juga punya Q1 mbak, dikasih mantan (ups..!) setelah itu bisa beli sendiri casio slim lumayan awet juga, sampai punya anak 2. tapi ko it ketika kubawa main ke waterpark sama anak-anak, kameranya ikut berenang.. wkkwk.. wassalam deh..
ReplyDeleteups, ada yang teringat mantan. Wah, sayang banget kameranya ikut berenang. Sama mba, ini Q1ku juga udah rusak
DeleteKala itu harganya berapa mba? Jadi ingat zaman SMP kalo foto harus cuci klise dulu, nanti terus diterawang yang bagus baru di cetak wkwkwkwk duh tua banget yah saya
ReplyDeleteaku belinya 750 rb. Iya, nunggu cetak klise aja lama apalagi mau cetak foto rasanya mahal gitu ya
DeleteSaya mah belum pernah punya 1 pun mba, hehe :)
ReplyDelete