Holla,
Menjalani puasa pertama setelah semingguan ini datang bulan membuat saya bingung harus melakukan apa. Saya pun memilih merapikan kategori di blog yang memang kusut dan berantakan. Mumpung ada waktu, saya rapikan saja sekarang. Pas lagi asyik merapikan artikel ke dalam kategori yang sudah disepakati saya menemukan tulisan lama ini. Saya tergelitik untuk menulisnya lebih panjang lagi.
Tulisan yang akan kalian baca ini bukanlah konten yang baru saya tulis, melainkan tulisan lama yang ingin saya perbaiki supaya lebih nyaman dibaca dan bisa memberikan banyak manfaat buat semua pembaca.
Cerita ini terjadi sekitar bulan Desember tiga tahun yang lalu (sekitar tahun 2015). Sebagai orang yang masih punya kampung halaman, Papa sering mengajak kami untuk mudik ke Pamekasan-Madura. Dulu, saat Nenek masih ada, frekuensi kami pulang bisa sebulan satu kali. Namun, semenjak Nenek meninggal dunia, Ayah jarang mengajak kami pulang ke Madura. Biasanya sih bisa 3-6 bulan sekali.
Setiap pulang ke kampung halaman, saya ingin dong mencicipi kuliner khas dan jalan-jalan ke lokasi yang memang tengah naik daun di Pamekasan. Biasanya saya mengajak sepupu dan ponakan yang tinggal di sana untuk menemani saya berkeliling sesuai keingingan.
Sehari sebelum pulang kampung biasanya saya akan memberitahukan rencana kedatangan. Dia akan memberikan alternatif rencana kemana kita akan pergi besok. Saya jadi tidak sabar karena kata dia ada lokasi baru yang bisa kami kunjungi. Rencana awalnya kami akan berangkat sekitar jam 4 sore. Seorang ponakan mengusulkan untuk mengunjungi 2 taman kota yang katanya baru dibuka. Saya pun penasaran seperti apa sih taman kota yang ada di kota Pamekasan.
Waktu berangkat mundur tiga puluh menit dari rencana, sekitar jam 16.30 para sepupu dan keponakan datang menjemput. Tidak mau kemalaman di jalan, kami bergegas memacu kendaraan yang akan kami tumpangi menuju tempat yang telah disepakati. Hari itu kami akan mengunjungi sebuah taman kota yang masih terbilang baru di Jl, Sersan Mesrul.
Dalam angan saya, taman kota yang akan kami kunjungi penuh pepohonan rindang dan rapi layaknya Taman Flora di kawasan Surabaya yang sering saya datangi, eh ternyata bayangan saya meleset jauh. Taman ini lebih menyerupai area permainan dan pohon-pohon rindang yang saya harapkan tidak ditemui.
Taman ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan penduduk Pamekasan akan sarana tempat rekreasi. Sebagai infomasi, di Pamekasan itu kurang sarana penduduk untuk bisa melepas penat bersama keluarga, beda dengan Surabaya yang banyak pusat-pusat perbelanjaan dan taman-taman kota. Saya kalau mudik ke Pamekasan suka bingung mau ke mana. Di sana tidak ada pusat perbelanjaan yang ada seperti minimarket atau supermarket saja.
Kembali ke masalah Taman ya. Taman ini terbilang baru karena fasilitas yang ada disitu masih terbatas, hanya ada beberapa tempat permainan anak, Gazebo dan lapangan futsal selebihnya mirip lapangan yang lengang.
Sore itu taman ramai dengan para muda-mudi yang terlihat asyik berswafoto, beberapa lagi memilih bermain bola di lapangan futsal. Saya sendiri bersama para sepupu dan keponakan memilih mencari lokasi yang asik untuk berswafoto. Lagi asyik mencari lokasi, pandangan saya tertuju pada sampah yang berserakan di rumput-rumput. Di area dekat gazebo malah ada tumpukan sampah yang dibiarkan menumpuk begitu saja, di area yang lain juga ada bekas sampah yang dibakar dan tidak dibersihkan. Saya mengarahkan pandangan ke sekeliling taman dan mendapati beberapa tempat sampah yang terlihat masih baru. Tapi pengunjung memilih untuk membuang sampah seenaknya. Seakan-akan nanti akan ada orang yang membersihkannya.
Saya sedih melihat pemandangan ini padahal taman ini termasuk baru tapi keindahannya harus ternodai dengan kehadiran botol-botol minuman dan plastik pembungkus makanan yang berserakan. Harusnya ada orang yang bisa mengingatkan untuk menjaga lingkungan sekitar taman. Jika Taman ini bersih, bukankah pengunjung ikutan senang?
Menjalani puasa pertama setelah semingguan ini datang bulan membuat saya bingung harus melakukan apa. Saya pun memilih merapikan kategori di blog yang memang kusut dan berantakan. Mumpung ada waktu, saya rapikan saja sekarang. Pas lagi asyik merapikan artikel ke dalam kategori yang sudah disepakati saya menemukan tulisan lama ini. Saya tergelitik untuk menulisnya lebih panjang lagi.
Tulisan yang akan kalian baca ini bukanlah konten yang baru saya tulis, melainkan tulisan lama yang ingin saya perbaiki supaya lebih nyaman dibaca dan bisa memberikan banyak manfaat buat semua pembaca.
Cerita ini terjadi sekitar bulan Desember tiga tahun yang lalu (sekitar tahun 2015). Sebagai orang yang masih punya kampung halaman, Papa sering mengajak kami untuk mudik ke Pamekasan-Madura. Dulu, saat Nenek masih ada, frekuensi kami pulang bisa sebulan satu kali. Namun, semenjak Nenek meninggal dunia, Ayah jarang mengajak kami pulang ke Madura. Biasanya sih bisa 3-6 bulan sekali.
Setiap pulang ke kampung halaman, saya ingin dong mencicipi kuliner khas dan jalan-jalan ke lokasi yang memang tengah naik daun di Pamekasan. Biasanya saya mengajak sepupu dan ponakan yang tinggal di sana untuk menemani saya berkeliling sesuai keingingan.
Sehari sebelum pulang kampung biasanya saya akan memberitahukan rencana kedatangan. Dia akan memberikan alternatif rencana kemana kita akan pergi besok. Saya jadi tidak sabar karena kata dia ada lokasi baru yang bisa kami kunjungi. Rencana awalnya kami akan berangkat sekitar jam 4 sore. Seorang ponakan mengusulkan untuk mengunjungi 2 taman kota yang katanya baru dibuka. Saya pun penasaran seperti apa sih taman kota yang ada di kota Pamekasan.
Waktu berangkat mundur tiga puluh menit dari rencana, sekitar jam 16.30 para sepupu dan keponakan datang menjemput. Tidak mau kemalaman di jalan, kami bergegas memacu kendaraan yang akan kami tumpangi menuju tempat yang telah disepakati. Hari itu kami akan mengunjungi sebuah taman kota yang masih terbilang baru di Jl, Sersan Mesrul.
Dalam angan saya, taman kota yang akan kami kunjungi penuh pepohonan rindang dan rapi layaknya Taman Flora di kawasan Surabaya yang sering saya datangi, eh ternyata bayangan saya meleset jauh. Taman ini lebih menyerupai area permainan dan pohon-pohon rindang yang saya harapkan tidak ditemui.
Taman ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan penduduk Pamekasan akan sarana tempat rekreasi. Sebagai infomasi, di Pamekasan itu kurang sarana penduduk untuk bisa melepas penat bersama keluarga, beda dengan Surabaya yang banyak pusat-pusat perbelanjaan dan taman-taman kota. Saya kalau mudik ke Pamekasan suka bingung mau ke mana. Di sana tidak ada pusat perbelanjaan yang ada seperti minimarket atau supermarket saja.
Kembali ke masalah Taman ya. Taman ini terbilang baru karena fasilitas yang ada disitu masih terbatas, hanya ada beberapa tempat permainan anak, Gazebo dan lapangan futsal selebihnya mirip lapangan yang lengang.
Sore itu taman ramai dengan para muda-mudi yang terlihat asyik berswafoto, beberapa lagi memilih bermain bola di lapangan futsal. Saya sendiri bersama para sepupu dan keponakan memilih mencari lokasi yang asik untuk berswafoto. Lagi asyik mencari lokasi, pandangan saya tertuju pada sampah yang berserakan di rumput-rumput. Di area dekat gazebo malah ada tumpukan sampah yang dibiarkan menumpuk begitu saja, di area yang lain juga ada bekas sampah yang dibakar dan tidak dibersihkan. Saya mengarahkan pandangan ke sekeliling taman dan mendapati beberapa tempat sampah yang terlihat masih baru. Tapi pengunjung memilih untuk membuang sampah seenaknya. Seakan-akan nanti akan ada orang yang membersihkannya.
Saya sedih melihat pemandangan ini padahal taman ini termasuk baru tapi keindahannya harus ternodai dengan kehadiran botol-botol minuman dan plastik pembungkus makanan yang berserakan. Harusnya ada orang yang bisa mengingatkan untuk menjaga lingkungan sekitar taman. Jika Taman ini bersih, bukankah pengunjung ikutan senang?
Tidak hanya di kawasan taman ini saja, Saya juga menjumpai sampai yang bertebaran di mana-mana ketika mengunjungi Car Free Day di kawasan alun-alun kota Pamekasan. Pemandangan ini membuat saya gundah gulana, sepertinya masalah sampah ini menjadi cukup serius di kawasan Pamekasan. Dengan santainya beberapa orang membuang bekas makanan itu sembarangan dan berharap petugas kebersihan nanti akan memungutnya. Rendahnya kesadaran warga akan menjaga kebersihan lingkungan ini tentu sedikit menganggu. Jika satu orang tidak peduli maka akan menulai ke lainnya. Ujung-ujungnya mereka baru sadar ketika terjadi banjir.
Ironi.
Masalah sampah tidak hanya terjadi di Pamekasan saja, hampir seluruh kota-kota di Indonesia memiliki kesadaran yang rendah untuk menjaga kebersihan lingkungan. Masih sering saya menjumpai di kawasan Surabaya, sebuah mobil dengan seenaknya membuang sampah sembarangan. Mobilnya sih keren tapi kelakuan penumpangnya norak. Saya bukannya sok suci, saya sendiri pernah kok dalam tahapan ini membuang sampah seenaknya tapi saya memulai dari diri sendiri untuk sebisa mungkin tidak membuang bekas makanan sembarangan. Kalau tidak ada tempat sampah di sekitar, saya biasanya memilih menyimpannya di tas sampai menemukan tempat sampah. Ribet? Memang tapi buat kebaikan bersama.
Saat berkunjung ke Singapura, saya takjub dengan negara yang memiliki luas negara seperti Surabaya. Selama berada di sana saya tidak menemukan sampah apapun karena warga yang membuang sampah serampangan akan dikenakan denda yang cukup tinggi. Tidak hanya sampah, warga yang kedapatan membuang ludah sembarang juga dikenakan pasal.
Aturan yang ketat ini jika diaplikasikan di negara kita mungkin akan membuat beberapa warga tidak nyaman. Tapi namanya peraturan harus ditegakkan. Denda yang tinggi bisa menjadi salah satu cara supaya warga sadar akan kebersihan lingkungan. Di sekolah tempat saya mengajar dulu, kami para guru berulang kali untuk membiasakan anak-anak membuang sampah di tempatnya. Jika mereka melanggar, kami akan menyuruh para siswa untuk memungut sampah yang berceceran ke tempat sampah.
Saya suka sekali dengan Iklan Masyarakat yang diputar di Radio Sam FM Surabaya. Di mana mereka mengingatkan mengenai kebiasaan membuang sampah di tempatnya. Ada beberapa kalimat yang saya kutip dan coba terapkan pada anak-anak.
Membuang sampah pada tempatnya adalah kewajiban semua orangMembuangkan sampah milik orang lain pada tempat sampah adalah bentuk kebaikanmu
Mengingatkan orang lain untuk membuang sampah pada tempatnya adalah wujud kepedulianmu
Saya tahu, mengubah kebiasaan itu tidak mudah bahkan lebih mudah mengajari seorang anak untuk mengajari membaca. Mengubah kebiasaan sebuah negara itu butuh waktu tapi kenapa tidak dimulai dari kita sendiri?
Yuk, jaga kebersihan lingkungan sekitar kita sebab itu adalah bentuk tanggung jawab kita kepada Allah SWT yang sudah menciptakan bumi yang indah.
Yuk, jaga kebersihan lingkungan sekitar kita sebab itu adalah bentuk tanggung jawab kita kepada Allah SWT yang sudah menciptakan bumi yang indah.
Area Bermain anak yang penuh sampah |
Saya suka lampu tamannya |
Tumpukan Sampah |
Harus ada edukasi terus menerus ya mak.
ReplyDeletebukanbocahbiasa(dot)com
Iya mak. Membiasakan diri itu lebih susah :(
DeleteDi mana-mana, sampah selalu jadi dilema. Padahal tempat sampah itu tersebar di banyak tempat lho.
ReplyDeleteBanyak yang males buang sampah pada tempatnya
Delete