Holla,
Saya kembali lagi dengan postingan kolaborasi. Kali ini saya mendapat patner baru untuk berkolaborasi. Namanya Melani. Dia adalah adik kelas saya pas kuliah dan kebetulan juga suka menulis juga. Nggak ada salahnya deh untuk diajak nulis bareng.
Kali ini kami mau membahas soal yang belakangan ini heboh di linimasa media sosial. Pernyataan sebuah tokoh pemuka agama tentang wanita mandiri. Ada bermacam-macam reaksi yang muncul terutama kaum wanita dan pastinya menjadi sebuah perdebatan.
Beberapa teman blogger juga menjadikan ini sebagai bahan tulisan. Iseng-iseng saya coba melempar tema ini di sebuah grub Belajar Ngeblog. Tujuannya sih ngomporin mereka kali aja minat untuk menulis teman ini. Ternyata sambutannya cukup menarik. Beberapa dari kali menjadikan tema ini sebagai tulisan kolaborasi.
Wanita Terlalu Mandiri, Yay or Nay?
Kalau saya dapat pertanyaan model begini. Jawabannya tergantung sikon dong.
Kok gitu?
Nah. Sebelum membahasnya lebih lanjut. Saya mau kasih pengertian mandiri menurut KBBI
Berhubung saya belum menikah, bahasan saya tentang mandiri lebih berdasarkan pengalaman dan pengajaran yang didapatkan dari ortu.
Buat saya seorang wanita penting banget punya karakter mandiri. Kita nggak pernah tahu yang namanya umur loh. Apakah kita yang meninggal duluan atau pasangan. Atau ada yang mendapatkan pasangan hidup tapi harus hidup berjauhan.
Nggak mungkinlah kita 24 jam inginnya manja sama suami. Setiap orang punya batasannya kecuali situ mau punya istri berasa bayangan ngikut kemana aja.
Saat wanita memutuskan untuk bekerja di luar rumah nggak masalah juga. Asal sesuai porsi dan suami setuju. Dengan memperhatikan norma-norma agama. Bagaimanapun tugas mencari nafkah adalah urusan suami.
Berdasarkan pengalaman Mama yang harus mengurus tiga orang anak sendirian sedangkan Papa yang seorang Polisi ditugaskan di Papua. Karena inilah Mami memutuskan bekerja. Mencari alternatif tambahan penghasilan dengan menjadi PNS dikala kiriman dari Papa tak kunjung datang.
Terus kalau Mami cuman duduk manis berpangku tangan. Menunggu Papa datang. Mau gimana coba? Anak nggak bakal keurus deh. Yang ada cuman nangis nggak jelas.
Yang perlu digaris bawahi mandiri yang dimaksud nggak berlebihanlah. Sesuai porsinya aja. Mentang-mentang bisa cari duit sendiri terus merasa yang paling berperan hidup dalam keuangan RT. Nggak juga kali.
Porsinya disesuaikan saja. Di kala suami tak selalu bisa mendampingi maka jika ada pekerjaan yang bisa dikerjakan sendiri kenapa tidak. Nggak salah kok
Untuk Pak Suami, kalau lagi di rumah. Jangan sungkan deh ikut bantu kegiatan domestik Istri. Jangan sibuk sama 'me time' sendiri. Katanya BT kalau punya istri terlalu mandiri.
Salam,
Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.
Berhubung saya belum menikah, bahasan saya tentang mandiri lebih berdasarkan pengalaman dan pengajaran yang didapatkan dari ortu.
Buat saya seorang wanita penting banget punya karakter mandiri. Kita nggak pernah tahu yang namanya umur loh. Apakah kita yang meninggal duluan atau pasangan. Atau ada yang mendapatkan pasangan hidup tapi harus hidup berjauhan.
Nggak mungkinlah kita 24 jam inginnya manja sama suami. Setiap orang punya batasannya kecuali situ mau punya istri berasa bayangan ngikut kemana aja.
Saat wanita memutuskan untuk bekerja di luar rumah nggak masalah juga. Asal sesuai porsi dan suami setuju. Dengan memperhatikan norma-norma agama. Bagaimanapun tugas mencari nafkah adalah urusan suami.
Berdasarkan pengalaman Mama yang harus mengurus tiga orang anak sendirian sedangkan Papa yang seorang Polisi ditugaskan di Papua. Karena inilah Mami memutuskan bekerja. Mencari alternatif tambahan penghasilan dengan menjadi PNS dikala kiriman dari Papa tak kunjung datang.
Terus kalau Mami cuman duduk manis berpangku tangan. Menunggu Papa datang. Mau gimana coba? Anak nggak bakal keurus deh. Yang ada cuman nangis nggak jelas.
Yang perlu digaris bawahi mandiri yang dimaksud nggak berlebihanlah. Sesuai porsinya aja. Mentang-mentang bisa cari duit sendiri terus merasa yang paling berperan hidup dalam keuangan RT. Nggak juga kali.
Porsinya disesuaikan saja. Di kala suami tak selalu bisa mendampingi maka jika ada pekerjaan yang bisa dikerjakan sendiri kenapa tidak. Nggak salah kok
Untuk Pak Suami, kalau lagi di rumah. Jangan sungkan deh ikut bantu kegiatan domestik Istri. Jangan sibuk sama 'me time' sendiri. Katanya BT kalau punya istri terlalu mandiri.
Salam,
Mandiri boleh, berlebihan jangan. Begitu ya kira-kira.
ReplyDeleteIya betul. Segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik
DeleteSemampunya aja sih kalo aku. Selama bisa dikerjain sendiri, yaaa aku kerjain. Tapi kalo dah Mentok baru deh lapor paksu��
ReplyDeleteSesekali manja sama suami itu perlu, mbak.
DeleteAku setuju dengan kondisi perempuan yang bisa mandiri, termasuk dalam hal finansial. Berpenghasilan toh tidak harus keluar rumah kan? 😊
ReplyDeletePerempuan boleh mandiri, tapi jangan berlebihan. Tetap memberi kesempatan pada pria untuk menunjukkan kita tetap butuh dia 😊
Betul banget tetap lihat porsinya
Deletemandiri itu bagus, tapi ada hal yang memang harus dikerjakan bersama orang lain. salam kenal bu guru
ReplyDeleteSalam kenal. Terima kasih sudah mampir
DeleteSetuju mba.. Kita sebagai seorang wanita memang harus mandiri apalagi di zaman sekarang ini wanita sama derajatnya dengan laki-laki jadi keadaan kita sudah jauh berbeda dengan dulu dimana wanita dipandang sebelah mata.Namun kembali lagi dalam islam jika wanita sudah menikah maka ia harus berbakti kepada suaminya. Karena suami adalah kepala rumah tangga. Jadi mandiir boleh tapi lihat konteksnya juga ya hehe
ReplyDeleteMandiri boleh tapi sesuai porsinya
Deletekalo 'terlalu' keknya agak ekstrem dan kesannya ga butuh bantuan orang lain ya mbaakk.. ya mandiri sesuai situasi aja kali ya
ReplyDeleteIya. Mandirinya sesuai porsi aja nggak usah kebablasan
Delete