Apa Kata Ortu Tentang Freelancer- Ceritanya saya sama Wulan lagi kehabisan ide buat nulis apaan. Biasalah kita ngobrol ngalur ngidul sambil ngelempar tema yang nggak jelas juntrungannya. Ketawa-ketiwi lalu sampai tercetuslah ide tema: apa pendapat ortu tentang freelancer?
Postingan Wulan: Pendapat ortu tentang freelancer
Kok ya pas banget saya baru berhenti bekerja dan kebetulan sebelumnya dia menulis soal freelance. Jadilah, kami mencoba menulis topik yang sama dengan pengalaman yang berbeda.
Oke yuk kita bahas soal ini lebih lanjut.
Sejak dulu, alasan kesehatan selalu dijadikan alasan oleh ortu untuk tidak terlalu menekan saya lebih jauh. Di saat kedua kakak belajar lebih keras dan diharuskan mendapatkan peringkat kelas, saya diperlakukan lebih santai. Tidak harus dapat juara kelas.
Tapi, perlakuan ortu yang berbeda itu kadang bikin saya sedih. Saya kan pengin juga ngebanggain diri di depan ortu. Diam-diam saya berusaha keras untuk tetap berprestasi dengan memotivasi diri bahwa sakit bukan hambatan.
Dibesarkan dalam lingkungan PNS membuat ortu memiliki harapan besar tentang anak-anaknya. Tidak dipungkiri bahwa mereka menginginkan anak-anaknya punya gambaran yang sama soal pekerjaan. Kakak perempuan saya mengikuti jejak ortu. Dia adalah dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, sedangkan kakak lelaki hampir mirip dengan saya. Dia nggak begitu suka pekerjaan PNS namun pada akhirnya dia menjadi dosen di sebuah PTS di Surabaya. Mengikuti arahan Mama
Mama bukannya nggak pernah nyuruh saya jadi PNS, beberapa kali beliau meminta saya untuk mendaftar PNS tapi saya menolak. Entahlah, saya tidak terlalu suka dengan namanya birokrasi dan mungkin itu yang jadi alasan. Saya saat itu lebih memilih menjadi Guru TK.
Saya tahu dibalik senyum mereka ketika berangkat kerja ada rasa khawatir terselip di dalamnya. Perjalanan menuju sekolah yang terlalu jauh dan juga gaji yang tak sepadan. Saya tahu mereka ingin saya juga memiliki pekerjaan yang layak.
Ada hal lain lagi yang ortu inginkan adalah saya meneruskan kuliah S2. Lagi-lagi saya menolak. Saya bilang sama ortu bahwa pekerjaan yang sekarang dijalani menyenangkan. Alasan yang lain adalah orang tua saya semakin menua dan kondisi keuangan tidak lagi selancar dulu.
Saya tidak mau membenani mereka dengan biaya kuliah yang mahal. Belum lagi ortu harus menabung kalau-kalau suatu waktu saya harus kembali menjalani operasi penggantian pacu jantung. Saya sendiri orangnya santai dan nggak terlalu ambisi dengan namanya jabatan. Terpenting, saya bahagia saat menjalani pekerjaan.
Karena pekerjaan jadi Guru TK hanya sampai setengah hari. Saya mencoba mencari kesibukan yang lain yaitu menulis blog. Waktu itu juga masih setengah-setengah sekadar mengisi waktu luang.
Saya mana tahu bahwa menjadi blogger itu menyenangkan. Melakukan hal yang saya suka yaitu menulis dan dapat bonus lain yaitu bayaran. Senang banget rasanya bahwa kegemaran menulis saya ada gunanya.
Melakukan dua pekerjaan nggak semudah saya bayangkan. Lelah. Saat pulang kerja dan tiba-tiba dapat undangan untuk liputan. Sempat kepikiran untuk berhenti, namun masih takut-takut. Soalnya pekerjaan sebagai blogger itu masih awan di keluarga kami.
Menjelaskan pada ortu apa itu blogger aja susahnya setengah mati. Selama dua tahun saya berusaha membangun kepercayaan dari orang tua dengan rajin menulis, menghadiri undangan dan menunjukkan pada mereka hasil yang didapat.
Kalau dulu mereka menganggap saya cuman main-main di depan laptop dan kebanyakan megang hp. Perlahan mereka mulai tahu apa pekerjaan blogger itu.
Sempat saya nyeletuk sama Mama bahwa ingin berhenti bekerja. Tapi Mama menggelengkan kepala. Haha..sepertinya mereka belum rela saya jadi pengangguran. Nasib.
Mungkin ortu masih bingung harus menjelaskan apa kalau ada pertanyaan saya kerja apa? :D
Saya mencoba menahan diri sambil tetap berdoa sama Allah. Meminta jawaban atas segala kegelisahan yang mulai hadir dalam diri. Lama-kelamaan menjadi seorang Guru bukan lagi menjadi daya tarik utama. Beban kerja yang semakin berat membuat saya lelah dan jenuh.
Cukup.
Itu yang saya tekankan dalam diri. Saya iri melihat teman-teman yang santai melakukan apa yang mereka mau dan terlihat bahagia dan saya pengin seperti mereka.
Untuk kedua kalinya saya mencoba mencoba berbicara dengan ortu tentang niat untuk berhenti bekerja. "Sudah yakin dengan keputusanmu?" Itu pertanyaan Mama saat itu.
Saya menjawab dengan tegas, "Saya sudah berdoa dan yakin dengan pilihan itu."
Jawaban dari Allah datang. Hasil periksa terakhir ke Dokter menunjukkan bahwa saya tidak boleh bekerja terlalu lelah. Sedikit sedih dengan hal ini tapi saya yakin jawaban dari Allah nggak pernah salah.
Kalian tahu apa yang paling menyenangkan setelah itu.
Pengakuan dari orangtua tentang pekerjaan saya. Setiap kali ada pertanyaan apa kegiatan saya sekarang ini?
Mereka berdua akan sibuk menjelaskannya dengan senyuman tentunya. Saya tahu kini mereka memiliki kebanggaan terhadap apa yang saya kerjaan. Keduanya sering ngajak ke suatu tempat atau liburan. Katanya mereka untuk bahan mengisi blog.
Saya ingat kata-kata Mama.
Apapun pekerjaan yang kamu lakukan. Yang penting halal dan kamu bahagia.
Saya kini lebih bahagia. Punya banyak waktu luang untuk melakukan apa yang saya inginkan. Lebih dekat dengan orangtua dan tentunya belajar hal baru.
Saya percaya rizki sudah ada yang mengaturnya.
Salam,
Sejak dulu, alasan kesehatan selalu dijadikan alasan oleh ortu untuk tidak terlalu menekan saya lebih jauh. Di saat kedua kakak belajar lebih keras dan diharuskan mendapatkan peringkat kelas, saya diperlakukan lebih santai. Tidak harus dapat juara kelas.
Tapi, perlakuan ortu yang berbeda itu kadang bikin saya sedih. Saya kan pengin juga ngebanggain diri di depan ortu. Diam-diam saya berusaha keras untuk tetap berprestasi dengan memotivasi diri bahwa sakit bukan hambatan.
Dibesarkan dalam lingkungan PNS membuat ortu memiliki harapan besar tentang anak-anaknya. Tidak dipungkiri bahwa mereka menginginkan anak-anaknya punya gambaran yang sama soal pekerjaan. Kakak perempuan saya mengikuti jejak ortu. Dia adalah dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya, sedangkan kakak lelaki hampir mirip dengan saya. Dia nggak begitu suka pekerjaan PNS namun pada akhirnya dia menjadi dosen di sebuah PTS di Surabaya. Mengikuti arahan Mama
Mama bukannya nggak pernah nyuruh saya jadi PNS, beberapa kali beliau meminta saya untuk mendaftar PNS tapi saya menolak. Entahlah, saya tidak terlalu suka dengan namanya birokrasi dan mungkin itu yang jadi alasan. Saya saat itu lebih memilih menjadi Guru TK.
Saya tahu dibalik senyum mereka ketika berangkat kerja ada rasa khawatir terselip di dalamnya. Perjalanan menuju sekolah yang terlalu jauh dan juga gaji yang tak sepadan. Saya tahu mereka ingin saya juga memiliki pekerjaan yang layak.
Ada hal lain lagi yang ortu inginkan adalah saya meneruskan kuliah S2. Lagi-lagi saya menolak. Saya bilang sama ortu bahwa pekerjaan yang sekarang dijalani menyenangkan. Alasan yang lain adalah orang tua saya semakin menua dan kondisi keuangan tidak lagi selancar dulu.
Saya tidak mau membenani mereka dengan biaya kuliah yang mahal. Belum lagi ortu harus menabung kalau-kalau suatu waktu saya harus kembali menjalani operasi penggantian pacu jantung. Saya sendiri orangnya santai dan nggak terlalu ambisi dengan namanya jabatan. Terpenting, saya bahagia saat menjalani pekerjaan.
Karena pekerjaan jadi Guru TK hanya sampai setengah hari. Saya mencoba mencari kesibukan yang lain yaitu menulis blog. Waktu itu juga masih setengah-setengah sekadar mengisi waktu luang.
Saya mana tahu bahwa menjadi blogger itu menyenangkan. Melakukan hal yang saya suka yaitu menulis dan dapat bonus lain yaitu bayaran. Senang banget rasanya bahwa kegemaran menulis saya ada gunanya.
Melakukan dua pekerjaan nggak semudah saya bayangkan. Lelah. Saat pulang kerja dan tiba-tiba dapat undangan untuk liputan. Sempat kepikiran untuk berhenti, namun masih takut-takut. Soalnya pekerjaan sebagai blogger itu masih awan di keluarga kami.
Menjelaskan pada ortu apa itu blogger aja susahnya setengah mati. Selama dua tahun saya berusaha membangun kepercayaan dari orang tua dengan rajin menulis, menghadiri undangan dan menunjukkan pada mereka hasil yang didapat.
Kalau dulu mereka menganggap saya cuman main-main di depan laptop dan kebanyakan megang hp. Perlahan mereka mulai tahu apa pekerjaan blogger itu.
Sempat saya nyeletuk sama Mama bahwa ingin berhenti bekerja. Tapi Mama menggelengkan kepala. Haha..sepertinya mereka belum rela saya jadi pengangguran. Nasib.
Mungkin ortu masih bingung harus menjelaskan apa kalau ada pertanyaan saya kerja apa? :D
Saya mencoba menahan diri sambil tetap berdoa sama Allah. Meminta jawaban atas segala kegelisahan yang mulai hadir dalam diri. Lama-kelamaan menjadi seorang Guru bukan lagi menjadi daya tarik utama. Beban kerja yang semakin berat membuat saya lelah dan jenuh.
Cukup.
Itu yang saya tekankan dalam diri. Saya iri melihat teman-teman yang santai melakukan apa yang mereka mau dan terlihat bahagia dan saya pengin seperti mereka.
Untuk kedua kalinya saya mencoba mencoba berbicara dengan ortu tentang niat untuk berhenti bekerja. "Sudah yakin dengan keputusanmu?" Itu pertanyaan Mama saat itu.
Saya menjawab dengan tegas, "Saya sudah berdoa dan yakin dengan pilihan itu."
Jawaban dari Allah datang. Hasil periksa terakhir ke Dokter menunjukkan bahwa saya tidak boleh bekerja terlalu lelah. Sedikit sedih dengan hal ini tapi saya yakin jawaban dari Allah nggak pernah salah.
Kalian tahu apa yang paling menyenangkan setelah itu.
Pengakuan dari orangtua tentang pekerjaan saya. Setiap kali ada pertanyaan apa kegiatan saya sekarang ini?
Mereka berdua akan sibuk menjelaskannya dengan senyuman tentunya. Saya tahu kini mereka memiliki kebanggaan terhadap apa yang saya kerjaan. Keduanya sering ngajak ke suatu tempat atau liburan. Katanya mereka untuk bahan mengisi blog.
Saya ingat kata-kata Mama.
Apapun pekerjaan yang kamu lakukan. Yang penting halal dan kamu bahagia.
Saya kini lebih bahagia. Punya banyak waktu luang untuk melakukan apa yang saya inginkan. Lebih dekat dengan orangtua dan tentunya belajar hal baru.
See, saya masih bisa eksis, kan? |
Saya percaya rizki sudah ada yang mengaturnya.
Salam,
Pengalamanku dulu tuh ... si papa takut banget ketika aku berhenti kerja dan memutuskan jadi agen asuransi, tapi ya gitu ketika sudah bisa membuktikan hasilnya malahan si papa bangga 😊 sama setuju ama mama kamu apapun yang kita kerjakan yang penting halal dan bahagia 😉
ReplyDeleteIya mbak. Biar ortu nggak khawatir kita harus menunjukkan bahwa kita serius.
DeleteMasih banyak orang yang tidak paham dengan istilah blogger dan freelance, terutama orang desa. Taunya mereka kalo tiap hari di rumah terus dan kesukaan ya di depan laptop atau main Hp itu sama dengan pengangguran. mereka gk tau kalau itu bisa menghasilkan uang
ReplyDeleteIyes. Benar banget mbak. Pas saya bilang blogger mereka kepo banget deh.
DeleteBagi orangtua dulu..dulu yaa..
ReplyDeleteKlo bukan kerja di kantor ya namanya bukan kerja walaupun berpenghasilan dari rumah, ga tau gmn lagi jelasinnya emang
Syedih. Kita suka dikira pengangguran soalnya di rumah terus.
DeleteKalo mamakku bilang kerjaan aku baca melulu entah di hape atau laptop,
ReplyDeleteHahaha...hampir mirip dengan apa kata papa saya
Deleteorang tua memang kwatir klo lihat anaknya blum mapan takut kedepannya anaknya hidup susah :D saya juga senang jadi blogger, Alhamdulillah hasil dari ngeblog bisa dikit2 bantu suami
ReplyDeleteIya. Mereka khawatir dengab masa depan anak-anaknya. Wajar sih.
DeleteSetuju banget sama quote terakhir, kerjakan apapun yang bikin hati happy dan pastinya rejekinya halal ya Mbak. Don't give up. Aku kantoran setengah freelance-an, malah berharap suatu hari bisa bekerja yang bebas jam kantor, gak perlu ke kantor ... Bisa mengatur jam kerja sendiri.
ReplyDeleteIya mbak. Makasih banget. Lega rasanya udah sesuai sama kemauan
DeleteWah syukurlah ikut senang orang tua ngedukung
ReplyDeleteMakasih banyak, kang.
DeleteBener banget. Yang penting halal
ReplyDeleteAmin. Makasij kang ali
DeleteMemang yang penting halal, Mbak. Aku juga lebih nyaman menjadi freelancer. Tapi emmang sudah sifat dasar sih yang nggak suka terlalu terkekang. :D Danlagi, lebih menyenangkan rasanya ketika bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain.
ReplyDeleteSama mbak. Aku suka bosenan. Pengin bebas sedikit jam kerjanya.
DeleteBanyak orang awam yg gak paham kalau freelance itu beda dgn pengangguran, haha. Dan org sering bingung kalau dibilang freelance, kalau udah gitu sih pasrah aja, haha
ReplyDeleteIya. Jelasin apa blogger itu susah apalagi soal freelance.
Deletesetuju
ReplyDeletekunjung balik
Terima kasih.
Deletepercaya banget mba...kita berusaha itu wajib semampu kita, soal rezeki mah biar Dia yang atur
ReplyDeleteIya mbak ophi. Makasih udah mampir ya
DeleteHampir semua orang tua selalu mengkhawatirkan anaknya meski beliau jg sdh tau bahwa kita sdh besar dan saatnya bertanggung jawab pd diri sendiri.
ReplyDeleteIya mbak entas. Namanya ortu pasti terselip rasa khawatir terhadap masa depan anaknya.
DeleteMungkim suatu saat aku jga bertekad ambil jalam freelancer itu mbak.
ReplyDeleteWalo kadang masih susah jelasin pkerjaan cem freelancer sma blogger ke Mak Nyak. Hheee
Smangat terus Mbak Tikha...
Semangat terus. Semoga bisa menjelaskan ya sama ortu.
Deletewaaah, senangnya ya ortu sudah bisa memahami pekerjaan anaknya, semangat jd freelancer, saya bertemu dgn bbrp teman freelancer yg sukses, hehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak
DeleteKalau aku sih karena anakku cewek2, nggak masalah mereka mau jadi freelancer asal jadi yang terbaik di bidangnya. Soalnya perempuan banyak aspek domestik yg butuh pertimbangan. Tapi kalau laki2 kok aku masih ragu ya krn tanggung jawabnya lebih besar. Dia harus memberi nafkah tetap & berbagai asuransi bagi keluarganya. Soal negeri atau swasta nggak masalah. Kalau mau jd pengusaha oke saja. Yang penting laki2 harus jelas nafkahnya gitu deh.
ReplyDeleteIya penting banget soalnya lelaki itu kepala keluarga
DeleteWah aku juga suka nulis mba salam kenal :D semoga bisa seperti mba jadi blogger hehe juga itu adalah salah satu impianku. Terkadang orang tua melarang apa yang kita mau itu pasti karena sayang sama anaknya. Aku juga gitu dulu nggak boleh kuliah di tempat yang aku mau. Tetapi sekrang aku malah suka di tempat yang orang tuaku pilih. enggak semuanya sih pilihan orang tua itu salah. Setuju sama mamanya mba. apapun pekerjaannya yang penting Halal dan bahagia itu udah cukup. Kan pekerjaan yang menyenangkan itu adalah hobi yang dibayar bener nggak mba? :D
ReplyDeleteSalam kenal. Iya apapun pekerjaannha asal halal dan membuat hati senang.
DeleteSelalu senang dengan freelancer yang sukses :)
ReplyDeleteAKupun besar ditengah keluarga PNS, jujur ada sedikit beban karena org selalu menilai buah nggak jatuh jauh-jauh dari pohonnya. Tapi alhamdulillah sampai saat ini keluarga juga sudah mengerti dan mendukung aktivitasku didunia blogging, soalnya bisa dikerjakan sekalian mengurus bayi, kuliah dan bekerja part time. Semangat dan maju terus :)
Semangat, Mba. Semoga selalu sehat ya
DeleteSemangat mbakkk,,freelancer juga bisa menebar manfaat ke sesama,,sehat dan sukses terus yaaa 💪🏻
ReplyDeleteSemangat dan semoga selalu sehat.
DeleteIya mbak, aku udah nikah. Ngasih tau aku kerja di rumah kayaknya masih banyak yg ga percaya. Hiks sedih
ReplyDeleteHarus banyak sabar mbak. Insya Allah ada jalannya
DeleteMenggali talenta yg terpendam buat kemanfaatan sesama...membuat hati bahagia yg berdampak kita jd sehat brpikir positip dan hal2 baik lainnya. Selamat Tika
ReplyDeleteMakasih mbak. Sudah mampir
Delete👍👍
ReplyDeleteIya, masih banyak orang tua mengira ngadep hape + laptop untuk main-main aja. Aku jelasin ke ortuku pun mereka kurang paham sih, tapi udah mengerti kalo itu bisa jadi sumber penghasilan. :)
ReplyDeleteIya. Banyak yang belum paham dengan profesi blogger. Itu udah jadi tugas kita semua.
DeleteKalau uda ada doa dari orang tua, hati jadi lebih mantap dalam ngejalanin sesuatu ya mbak.
ReplyDeleteSehat selalu ya, mbak Tikha
makasih mbak. Sukses juga untukmu
ReplyDeleteI hope my mbak always healt and strong 🙏. Aamiin
ReplyDelete