Happy Birthday: It's just (not) celebration- Dahulu, ketika usia saya sekitar 4-5 tahun, mungkin saya akan amat sangat menantikan hari ini. Waktu di mana semua orang berkumpul membawa kue dan setumpuk hadiah. Menyanyikan lagu selamat ulang tahun, dan tak lupa potong kue. Ketawa bersama teman dan saudara. Anak kecil mana yang menolak kue dan hadiah?
Kalau boleh mengingat. Ulang tahun pertama saat saya berusia 8 tahun. Mami dan papi memutuskan merayakannya karena saya baru keluar dari rumah sakit. Setelah hampir 2 bulan dirawat. Hitung-hitung sebagai syukuran karena kesembuhan saya.
Tahun-tahun berikutnya tak ada lagi namanya perayaan. Ritual hari kelahiran hanya berupa ucapan dan makan bersama. Tak ada yang istimewa.
Saat para remaja lain sibuk mempersiapkan ulang tahun ke-17nya, saya lebih milih diam di rumah. Saya hanya merayakan bersama sabahat. Makan bersama. Tak ada acara tiup lilin atau potong kue.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini tak ada ritual khusus. Hanya ada sebuah kejutan dari ketiga ponakan, sepupu dan kakak ipar yang datang membawa pizza beserta 3 lilin yang menyala. Ditutup dengan doa oleh papi. Doa panjang dari papi untuk anaknya yang masih melajang ini.
Yah. Buat saya perayaan ulang tahun tidaklah penting, tapi doa-doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang membuatnya terasa istimewa. Puluhan doa yang dipanjatkan oleh sahabat, keluarga dan teman-teman semacam penguatan bagi saya.
Saya resmi berusia 32 tahun ini.
Semoga dalam waktu dekat ini, lelaki calon imam saya akan segera menampakkan diri. Amin.
Tabik,
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment