Sebuah Perjalanan- Foto ini diambil kira-kira 1-2 tahun yang lalu dalam perjalanan pulang dari Lombok. Itu kali pertama saya mengunjungi Pulau Lombok yang letaknya tak jauh dari Pulau Bali.
Sore itu, rupanya hari itu
saya beruntung mendapatkan tempat duduk di dekat jendela. Salah satu tempat
favorit saya tiap kali melakukan perjalanan dengan pesawat. Ditambah sore itu
langit berwarna merah muda layaknya permen kapas yang sering kita makan.
Terlalu indah untuk tidak diabadikan.
Tidak pernah terbayangkan bahwa saya pada akhirnya bisa melakukan perjalanan ke beberapa kota di Indonesia dan beberapa negara selain Indonesia. Dulu, bepergian jauh hanyalah angan-angan masa kecil saya. Sejak kecil saya sudah mengkhayalkan diri bepergian ke beberapa negara dengan pesawat. Mungkin saking kuatnya keinginan itu Allah mulai mengabulkan mimpi saya satu per satu.
Perjalanan
pertama saya adalah ke Jakarta. Mengunjungi papa yang sedang mengambil
Pendidikan Perwira di daerah Kebun Jeruk. Kalau tidak salah saat itu saya baru
duduk di kelas 5 SD. Kami berempat ke Jakarta naik kereta. Tidak terbayang
betapa gembiranya saya saat itu. Seumur-umur belum pernah yang namanya naik
kereta. Sepanjang perjalanan saya banyak bercanda dengan kakak. Memesan makanan
yang kami gratis. Ah. Akhirnya saya bisa menginjakkan kaki ke Ibu Kota. Sembari
menunggu Papa menyelesaikan pendidikannya, kami diajak mengunjungi tempat-tempat
wiasata di Jakarta. Mengunjungi Ancol dan Dunia Fantasi yang sebelumnya hanya
saya bisa lihat dari televisi.
Pengalaman
pertama saya naik pesawat buruk sekali. Kala itu saya diajak Mama dan Rekan
Kerjanya ke Jakarta. Kami berangkat menggunakan kereta api dan pulang
menggunakan pesawat. Sebelum pulang kami sempat mampir ke Ancol. Mami mengajak
saya naik Rollercoaster. Astaga
berada di atas ketinggian dan kemudian meluncur dengan cepat itu rasanya luar
biasa. Sukses saya turun dengan badan gemetaran.
Belum reda gemetar di semua tubuh. Kami harus pulang ke Surabaya menggunakan pesawat. Dan drama naik pesawat pun dimulai. Detik-detik pesawat mau tinggal landas saya sudah gugup sekali. Beberapa kali saya sempat meremas tangan Mami dengan erat sampai akhirnya pesawat terbang sempurna. 10 Menit menjelang peswat mendarat terdengar pengumuman dari ruang kokpit bahwa pesawat mengalami turbulensi. Satu per satu lampu penerangan dalam pesawat dipadamkan. Untuk kali pertama saya merasakan takut yang luar biasa. Pesawat bergetar cukup kencang. Saya menggenggam tangan Mami dengan erat, terlalu sulit bagi saya untuk melihat wajah mami saat itu. Telinga saya berdenging dan sakit tak karuan begitu pesawat menurunkan ketinggiannya. Sungguh hari itu membuat kenangan buruk bagi saya tentang pesawat.
Belum reda gemetar di semua tubuh. Kami harus pulang ke Surabaya menggunakan pesawat. Dan drama naik pesawat pun dimulai. Detik-detik pesawat mau tinggal landas saya sudah gugup sekali. Beberapa kali saya sempat meremas tangan Mami dengan erat sampai akhirnya pesawat terbang sempurna. 10 Menit menjelang peswat mendarat terdengar pengumuman dari ruang kokpit bahwa pesawat mengalami turbulensi. Satu per satu lampu penerangan dalam pesawat dipadamkan. Untuk kali pertama saya merasakan takut yang luar biasa. Pesawat bergetar cukup kencang. Saya menggenggam tangan Mami dengan erat, terlalu sulit bagi saya untuk melihat wajah mami saat itu. Telinga saya berdenging dan sakit tak karuan begitu pesawat menurunkan ketinggiannya. Sungguh hari itu membuat kenangan buruk bagi saya tentang pesawat.
Apa itu membuat saya takut bepergian?
Tidak.
Beberapa
tahun berikutnya perjalanan saya berlanjut.
Perjalanan
terjauh saya adalah pergi Umroh. Kali pertama saya menghabiskan waktu sekitar 9
jam dalam pesawat. Bukan penerbangan pendek yang pernah saya lakukan. Pesawat
yang saya tumpangi adalah Saudi Arlines. Ukurannya lebih besar beberapa kali
dari pesawat yang pernah saya tumpangi. Menyenangkan. Saya lagi-lagi dapat
tempat duduk dekat jendela. Saya suka mengamati gugusan awan di luar sana.
Sesekali mengabadikannya dengan kamera sembari mengurangi kebosanan. Saking
bosannya saya nggak tahu harus ngapain lagi. Cukup melelahkan. Tapi semua
terbayar begitu sampai di Jeddah.
Petualangan
saya kini terus berlanjut. Tempat-tempat yang ingin saya kunjungi pun semakin bertambah. Saya ingin menemukan cerita-cerita baru dalam perjalanan.
Kamu. Apa
ceritamu?
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment