Aku selalu menyukai aroma kopi yang baru selesai dipanggang. Menyengat tapi sekaligus membuat ketagihan.
Setiap pagi sebelum melakukan aktivitas. Hal pertama yang kulakukan adalah menggiling kopiku sendiri, kemudian menjerang air.
Sembari menunggu ketel uap berteriak. Aku mengeluarkan cangkir dari dalam lemari. Mengisinya dengan dua sendok kecil kopi dan sedikit gula. Selanjutnya, menuang air yang sudah mendidih.
Aroma kopi memenuhi indra penciumanku. Aku meniupnya perlahan lalu meneguknya sedikit. Pahit.
Samuel yang mengajariku bahwa kopi itu lebih nikmat dengan sedikit gula. Kata dia kalau terlalu manis akan merusak citra rasa aslinya.
Itulah alasan kenapa aku selalu memesan Esspresso tiap kali mengunjungi Caffein.
Ngomong-ngomong soal Samuel. Dia adalah barista di salah satu kedai kopi kesukaanku. Racikan kopinya membuatku kecanduan.
Samuel ibarat lebah jantan yang penuh feromon. Memikat para wanita untuk selalu menempel dengannya.
Dia tampan. Bertubuh jangkung, kulitnya kecoklatan khas Indonesia. Punggungnya menawan dan berisi. Aku suka memandanginya diam-diam ketika lelaki itu tengah meracik kopi.
Di lengan sebelah kirinya ada sebuah tato kecil bergambar jangkar kapal.
Yang paling menarik adalah alisnya yang tebal. Memayungi matanya yang tajam. Hidungngnya terpahat sempurna dan bibir tanpa nikotin.
Setiap kali aku berkunjung ke Caffein. Kursi Bar di dekat pantri selalu penuh dengan wanita. Tentu saja cantik dan berkelas.
Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan dibalik layar laptopku. Samuel adalah alasan untuk selalu mengunjungi kafe ini.
Entah sampai kapan aku akan mengaguminya. Yang kutahu, aku suka seperti ini.
Aroma kopi memenuhi indra penciumanku. Aku meniupnya perlahan lalu meneguknya sedikit. Pahit.
Samuel yang mengajariku bahwa kopi itu lebih nikmat dengan sedikit gula. Kata dia kalau terlalu manis akan merusak citra rasa aslinya.
Itulah alasan kenapa aku selalu memesan Esspresso tiap kali mengunjungi Caffein.
Ngomong-ngomong soal Samuel. Dia adalah barista di salah satu kedai kopi kesukaanku. Racikan kopinya membuatku kecanduan.
Samuel ibarat lebah jantan yang penuh feromon. Memikat para wanita untuk selalu menempel dengannya.
Dia tampan. Bertubuh jangkung, kulitnya kecoklatan khas Indonesia. Punggungnya menawan dan berisi. Aku suka memandanginya diam-diam ketika lelaki itu tengah meracik kopi.
Di lengan sebelah kirinya ada sebuah tato kecil bergambar jangkar kapal.
Yang paling menarik adalah alisnya yang tebal. Memayungi matanya yang tajam. Hidungngnya terpahat sempurna dan bibir tanpa nikotin.
Setiap kali aku berkunjung ke Caffein. Kursi Bar di dekat pantri selalu penuh dengan wanita. Tentu saja cantik dan berkelas.
Aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan dibalik layar laptopku. Samuel adalah alasan untuk selalu mengunjungi kafe ini.
Entah sampai kapan aku akan mengaguminya. Yang kutahu, aku suka seperti ini.
"Selalu saja ada orang yang takut ketahuan jatuh cinta. Sebab, cinta terkadang tak bersahabat."
Chococinno paling bikin ahli bikin nyaman.
ReplyDeleteAku nggak suka kopi
DeleteAaah, aku kalau ngopi pasti suka ngebanyakin gulanya wkwkwk biar manisan dan enak wkwk ternyata itu ngrusak rasa kopi ya ._.
ReplyDeleteProblem takut ketahuan jatuh cinta kayaknya itu problem hampir para pecinta diam-diam ya :'
Itu kata Samuel, kak. Bukan aku
DeleteSo sweet mbak. Jangan2 ini ceritanya mbak ya? Ciyee ciyee
ReplyDeleteYakin mbak siap jadi sekarat admire? Hihihi..
Btw ini samuel apa popeye mbak? Ada tato jangkarnya gitu *salah fokus*
Eh bukan. Ini hanya fiksi.
DeleteSamuel temannya popeye:3