Sebenarnya perjalanan ini sudah lama dan mungkin sedikit basi untuk diceritakan. Namun, menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi saya.
Saya bisa dibilang 'anak mami' kemana-mana seringkali harus ditemani orang tua. Maklum kondisi kesehatan saya membuat kedua orang tua sering khawatir jika berpergian seorang diri. Sebenarnya kedua orang tua saya bukan orang yang super protektif. Mami dan papi masih memperbolehkan saya berpergian jauh, asal jelas siapa yang mengajak. Intinya Mereka hanya nggak mau terjadi sesuatu terhadap saya.
Dari kecil saya nggak pernah ikut yang namanya Pramuka atau Kemah. Bisa dibilang buta dengan kehidupan alam luar. Ketika teman-teman saya sudah banyak yang menginjakkan kakinya di gunung Bromo, saya masih main-mainnya di mall. Sering terlintas rasa sedih dan kecewa tapi berusaha menikmatinya saja.
Rupanya Allah itu selalu punya kejutan. Mami dan Rombongan teman kerjanya akan berdarma wisata ke Yogyakarta. Salah satu agenda mereka adalah mengunjungi Gua Pindul, Bantul. Dari sebuah acara televisi bahwa Gua Pindul adalah sebuah Gua yang di bawahnya ada aliran sungainya. Dan, itu menarik.
Terus terang saat itu saya begitu bersemangat. Pasalnya inilah kali pertama saya bisa melakukan Caving alias menjelajah gua. Seumur-umur ini adalah pengalaman pertama berdekatan dengan alam dan saya tak ingin melewatkannya begitu saja.
Sampai di tempat tujuan, bus yang kami tumpangi berhenti di sebuah lapangan besar. Kami semua disuruh turun dan berganti mobil kecil sejenis pick up yang biasanya untuk mengangkut hewan ternak. Agak ngeri juga sih pas naiknya. Butuh perjuangan apalagi untuk mami yang mulai agak sepuh.
Perjalanan memakan waktu sepuluh menit. Kami sampai di lokasi. Tour Leader mulai menghitung siapa saja yang hendak turun ke bawah. Awalnya Mami mengajukan keberatan. Dia khawatir dengan kondisi saya apalagi yang akan dimasuki adalah gua.
"Rugi sudah jauh-jauh datang tapi nggak masuk," itu yang saya katakan pada Mami saat itu. Saya pun berjanji pada Mami bahwa saya akan baik-baik saja. Untungnya ada salah satu teman Mami yang mengajukan diri untuk menjaga saya.
Perjalanan menuju Gua tidaklah semudah yang bayangkan. Pertama-pertama kita harus melepaskan alas kaki dan menggantinya dengan sepatu boot. Sialnya saya nggak kebagian sepatu dan harus rela berjalan dengan kaki telanjang. Tak lupa mengenakan jaket keselamatan.
Keluar dari pintu masuk kami disambut seorang pemandu yang akan menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan selama penjelajahan gua. Mas Pemandu juga memberikan kami sebuah ban berukuran besar yang nantinya akan kita naiki selama masuk ke dalam gua.
Membawa ban berukuran besar dengan jalanan penuh berbatu. Ditambah kaki tidak memakai alas kaki adalah hal yang tersulit. Hampir saja saya menyerah tapi ada teman-teman Mami yang akan menjaga saya. Menuju ke gua kita harus menuruni tangga yang terjal dan agak licin. Pelan-pelan saya menuruni tanggan dengan memikul ban besar. Untungnya Mas Pemandu membantu membawakan ban saya. Saya turun dengan nyaman.
Saya sudah duduk manis di atas pelampung sambil menunggu teman-teman lain yang akan menjelajah bersama. Selama menjelajah gua kami disarankan untuk tetap bersama, saling bergandengan agar tidak terlepas. Selama menjelajah saya cukup menikmati, berusaha meresapi ciptaan Tuhan yang terpampang di sini. Sambil tak lupa berdoa bersama-bersama.
Zona pertama yang dilewati adalah zona terang. Di Zona ini sinar matahari masih bisa menembus dan bisa menjadi penunjuk arah untuk kita menjelajah. Ketika mendongak ke atas, saya benar-benar kagum. Stalagmit dan stalagtit berukuran besar menyambut kami. Ya Allah Indah banget, dan rasanya hening banget. Zona kedua yaitu Zona remang-remang di mana sinar matahari masih bisa menembus dan masih ada sedikit cahaya. Di zona ini ada banyak ribuan kalelawar di dalamnya. Beruntung tidak satupun dari mereka mengganggu kami. Udara di sini mulai terasa dingin. Saya mencoba menikmatinya dengan memejamkan mata, merasakan semuanya dengan hati saya. Nyess.
Zona ketiga adalah zona gelap, di mana tidak ada cahaya matahari yang menembus zona ini. Rasanya gelap, seperti seorang buta yang kehilangan penglihatannya. Seharusnya saat di zona gelap kita berhenti sejenak, menutup mata, menikmati ciptaan Tuhan, namun berhubung sedang ramai pengunjung. Kami tidak sempat merenung dan berkontemplasi diri.
Bagi saya ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Bahkan, saat sudah keluar dari gua saya masih terheran-heran. Ada perasaan hangat yang melingkupi diri saya dan membuat bahagia. Sungguh ini tak akan pernah terlupakan. Mungkin nanti jika saya diberi kesempatan lagi untuk masuk ke dalam gua, rasanya pasti berbeda.
Ada sebuah pelajaran penting yang bisa saya petik dalam perjalanan kali ini:
Bagi saya ini adalah pengalaman yang tak terlupakan. Bahkan, saat sudah keluar dari gua saya masih terheran-heran. Ada perasaan hangat yang melingkupi diri saya dan membuat bahagia. Sungguh ini tak akan pernah terlupakan. Mungkin nanti jika saya diberi kesempatan lagi untuk masuk ke dalam gua, rasanya pasti berbeda.
Ada sebuah pelajaran penting yang bisa saya petik dalam perjalanan kali ini:
"Bahwasanya dalam hidup ada ujian yang harus kita lewati. Sama halnya dengan menjelajah zona gelap tanpa cahaya. Siapa yang bersabar dalam menjalaninya, akan ada kebahagiaan yang menanti di luar sana"
Sedang diniatkan ini ke gua pindul. Belum sempet-sempet. hehe :)
ReplyDeleteAyo mas. Aku ingin caving lagi
ReplyDeleteHehehe . . Belum ada waktu ini mbak. :)
ReplyDeleteOh ya mbak, minta perincian harganya dong. Bisakah?
Wah, kalau soal perincian harga nggak punya mas. Soalnya kemarin pakai biro perjalanan
ReplyDeleteWaduuuuh, dikira mbolang mbak. Soale mau mbolang juga. hehehe
ReplyDeleteAda typo mbak. "Saya pun berjanji pada mami bahwa saya NGGAK akan baik-baik saja" :p
ReplyDeleteIya ni. Masih ada typo. Makasih koreksinya :)
DeletePingin ke Yogya deh .... Lama banget gak ke sana. :(
ReplyDeleteKonon Yogya semakin indah :)
Delete