From: pinterest |
"Jika kamu oksigen, aku mau jadi hidrogen, agar kita menjadi H2O."
Aku masih mengingat jelas apa yang diucapkan Raka hari itu. Kami menghabiskan sore di balkon apartemen Raka dengan secangkir coklat panas dalam genggaman kami.
Hujan baru saja usai, menyisakan udara sejuk yang menampar permukaan kulit kami. Setidaknya udara hangat yang mengalir dari cangkir yang kami genggam, bisa sedikit mengusir rasa dingin ini.
Perkataan Raka sore itu terdengar begitu romantis di telingaku. Oksigen dan hidrogen yang selalu kami dengar dalam pelajaran Kimia ternyata cukup indah untuk menggambarkan kisah asmara kami.
Saat itu aku hanya tersenyum dan mencubit pinggang Raka sebagai respon dari ucapannya. "Gombal," ujarku.
Saat itu aku hanya tersenyum dan mencubit pinggang Raka sebagai respon dari ucapannya. "Gombal," ujarku.
Bibir-bibir Raka tertarik ke samping membentuk senyuman lebar, kemudian dia menyentuh pipiku dengan tangannya yang lebar.
"Oksigen dan Hidrogen akan membentuk senyawa air. Itulah kita."
"Oksigen dan Hidrogen akan membentuk senyawa air. Itulah kita."
Nyatanya, pernyataan Raka hanyalah bualan semata. Kemarin, melalui sambungan telepon, dia memutuskan hubungan kami.
"Aku ingin fokus dengan pekerjaan." itulah yang diucapkannya.
Kemudian, sambungan telepon itu terputus.
Kurasa oksigen dan hidrogen akan sulit menjadi senyawa air jika pada akhirnya mereka saling menyakiti
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment