Semenjak berkali-kali menjalani operasi, saya sedikit 'trauma' sama yang namanya jarum. Entah itu sekadar melihat dari jauh atau mendengar kata suntik. Saya merasa tidak nyaman.
Kalau sedang sakit sebisa mungkin saya menghindari disuntik. Selain karena takut juga karena saya resiko salah obat lebih besar ketimbang obat telan. Tahu sendiri, kan? Reaksi obat yang berbentuk cairan akan lebih mudah terserap oleh tubuh. Jadinya, saya memang tidak pernah disuntik
Suatu hari, kakak perempuan saya menjalani terapi akupuntur untuk luka jahitnya yang tak kunjung kering. Saya mengamatinya dari kejauhan sambil bertanya banyak hal sama kakak dan si terapis. Tentu pertanyaan yang paling utama adalah Sakit nggak?
Kalau sedang sakit sebisa mungkin saya menghindari disuntik. Selain karena takut juga karena saya resiko salah obat lebih besar ketimbang obat telan. Tahu sendiri, kan? Reaksi obat yang berbentuk cairan akan lebih mudah terserap oleh tubuh. Jadinya, saya memang tidak pernah disuntik
Suatu hari, kakak perempuan saya menjalani terapi akupuntur untuk luka jahitnya yang tak kunjung kering. Saya mengamatinya dari kejauhan sambil bertanya banyak hal sama kakak dan si terapis. Tentu pertanyaan yang paling utama adalah Sakit nggak?
Beberapa kali saya mengamati kakak perempuan saya yang tubuhnya dipenuhi oleh jarum. Saya begidik. Membayangkan jarum sebanyak itu menempel ditubuh saya. Sampai suatu saat, Ibu juga ikut terapi akupuntur. Terus menyarankan saya untuk mencoba.
Saya menolak dengan keras.
Jujur, melihat jarum secara jelas masih membuat perasaan saya tidak nyaman apalagi saat jarum itu menyentuh permukaan kulit. Saya butuh waktu untuk meyakinkan diri bahwa tidak apa-apa.
Minggu berikutnya, terapis datang lagi. Kali ini saya memberanikan diri untuk mencoba. Hitung-hitung untuk melawan ketakutan yang ada dalam diri saya. Tarik napas pelan-pelan.
Jantung rasanya berdebar begitu jarum mulai ditusukkan.Oh, oke mari kita berdoa. Rasanya sedikit sakit sih, tapi nggak sesakit jarum suntik. Begitu jarum kedua ditusukkan, tubuh saya mulai santai. Rasanya tidak setegang tahap pertama. Taraa...akhirnya kelar juga.
Saya menolak dengan keras.
Jujur, melihat jarum secara jelas masih membuat perasaan saya tidak nyaman apalagi saat jarum itu menyentuh permukaan kulit. Saya butuh waktu untuk meyakinkan diri bahwa tidak apa-apa.
Minggu berikutnya, terapis datang lagi. Kali ini saya memberanikan diri untuk mencoba. Hitung-hitung untuk melawan ketakutan yang ada dalam diri saya. Tarik napas pelan-pelan.
Jantung rasanya berdebar begitu jarum mulai ditusukkan.Oh, oke mari kita berdoa. Rasanya sedikit sakit sih, tapi nggak sesakit jarum suntik. Begitu jarum kedua ditusukkan, tubuh saya mulai santai. Rasanya tidak setegang tahap pertama. Taraa...akhirnya kelar juga.
Selesai di akupuntur, rasanya badan ini lemas. Seluruh badan pegal-pegal seperti habis dipukuli orang sekampung. Tapi, kualitas tidur jadi lebih baik. Lebih nyenyak.
Semenjak saat itu, saya mulai rutin melakukan akupuntur dan mulai berani meletakkan jarum di area wajah. Kata kakak terapis bisa membuat wajah lebih segar. Psst, saya juga mengambil paket pengurusan badan. Hasilnya ukuran baju saya berkurang banyak. Senang deh. Muka saya juga lebih bersih. Kalau pun ada jerawat nggak terlalu banyak juga
Dan, sekarang tiap seminggu sekali saya akupuntur. Setidaknya untuk menjaga kesehatan badan.
Pssst. Bahkan saat flu berat, saya memilih akupuntur ketimbang ke dokter. Alhamdulillah flunya menjadi berkurang dan kunjungan saya ke dokter semakin berkurang. Bahkan, ketika dokter tidak bisa menyembuhkan batuk. Akupuntur membuat batuk saya reda.
ku uda pernah di Akupunktur untuk pengobatan sama untuk mempercantik wajah
ReplyDeletebtw salam kenal dariku pemilik
@guru5seni8
http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com
Gimana rasanya?
ReplyDeleteSalam kenal juga ^^
Biaya akupuntur tuh kisaran brapa mak?? Aku blm pernah akupuntur sih pengen coba ^^
ReplyDeleteXoxo,
http://www.leeviahan.com