Ada sepi dalam diammu
Menyisakan seribu tanya padaku
Adakah luka telah menggores hatimu?
Tuan, tidakkah kau ingat bagaiman dulu jemari kita saling menggenggam di bawah rinai hujan?
Lalu, kita berdua saling menertawai takdir yang membuat kita terpelanting dari hubungan asmara yang kita rajut
Katamu:
Dan, nyatanya kini waktu telah benar-benar tak mempertemukan kita dalam satu garis
Melepaskan genggaman erat dari jemari-jemari yang membisu
Kenangan itu kini serupa nisan batu, sesekali aku bertandang untuk membersihkan debu di setiap sudutnya
Menyisakan seribu tanya padaku
Adakah luka telah menggores hatimu?
Tuan, tidakkah kau ingat bagaiman dulu jemari kita saling menggenggam di bawah rinai hujan?
Lalu, kita berdua saling menertawai takdir yang membuat kita terpelanting dari hubungan asmara yang kita rajut
Katamu:
"Waktu itu seperti putaran angin puting beliung, melibasmu dengan cepat tanpa ampun. Jadi, selagi masih ada waktu kita nikmati saja kejalangan ini."
Dan, nyatanya kini waktu telah benar-benar tak mempertemukan kita dalam satu garis
Melepaskan genggaman erat dari jemari-jemari yang membisu
Kenangan itu kini serupa nisan batu, sesekali aku bertandang untuk membersihkan debu di setiap sudutnya
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment