Duhai, Tuan
Malam ini, kerinduan kembali menjejaki sudut kecil di dadaku
Menyesaki setiap aliran darahku dengan benakmu
Berkali-kali namamu bergaung di setiap detak jantungku
Wahai Tuan,
Mengapa hanya aku yang merasakannya?
Mengapa kau tak juga tersiksa dengan aliran rindu yang terkadang denyutnya sempat menggantikan detak jantungku --sendiri?
Mengapa hanya aku yang mencandukan kerinduan?
Mengapa bukan kamu yang tersiksa untuk merindukanku?
Wahai Tuan,
Mengapa rindu ini selalu mendesak untuk segera digenapkan?
...dan lagi-lagi waktu mematikan segalanya
Malam ini, kerinduan kembali menjejaki sudut kecil di dadaku
Menyesaki setiap aliran darahku dengan benakmu
Berkali-kali namamu bergaung di setiap detak jantungku
Wahai Tuan,
Mengapa hanya aku yang merasakannya?
Mengapa kau tak juga tersiksa dengan aliran rindu yang terkadang denyutnya sempat menggantikan detak jantungku --sendiri?
Mengapa hanya aku yang mencandukan kerinduan?
Mengapa bukan kamu yang tersiksa untuk merindukanku?
Wahai Tuan,
Mengapa rindu ini selalu mendesak untuk segera digenapkan?
...dan lagi-lagi waktu mematikan segalanya
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment