"Menemukan teman yang memiliki irama sama itu membuatmu lebih bersemangat dalam meraih mimpi"
Menulis buat saya seperti sebuah kebutuhan. Ada yang aneh rasanya kalau sehari aja nggak nulis. Rasanya ada keriuhan dalam kepala saya. Entah sekadar nulis status di FB, kasih caption di Instagram atau ganti status BB/Wa. Pokoknya nulis.
Jangan tanya apa alasannya?
Keep it simple.
Saya butuh nulis.
Nulis itu ibarat candu yang kadang membuat saya ingin terus tersesat di dalamnya.
Nulis mengajarkan saya banyak hal. Nulis banyak ngebantu saya melewati masa-masa suram dalam hidup. Nulis membuat saya bangkit dari krisis masa remaja. Nulis membuat orang lain tahu keberadaan saya, dan nulis banyak mengubah pola pikir saya dalam melihat masalah.
Itu sih yang saya rasakan. Terserah mah orang bilang kalau nulis itu pekerjaan buang-buang waktu. Yang pasti saya ingin tetap membuat otak saya waras. Salah satunya dengan nulis.
Mampir juga: Writing Therapy
Tidak hanya melulu tentang kesedihan. Saya juga produktif saat jatuh cinta. Entah berapa banyak sajak yang saya tulis di akun twitter kala itu. Lalu, mendadak blog saya penuh dengan curhatan-curhatan tentang cinta. Geli rasanya tiap kali membaca tulisan-tulisan lama. Ya...ampun ternyata saya pernah nulis seperti itu. *tutup muka.
Lalu, saya coba bergabung ke dalam komunitas penulis. Namanya ngerumpi.com.
Ngerumpi.com itu sebuah portal tentang tulisan. Di sana kamu bisa nulis apa saja. Curhat, opini, puisi dan lainnya. Awalnya saya cuman mampir untuk baca-baca. Lama kelamaan saya ingin orang lain ikut baca tulisan saya. Ehm, artikel pertama saya lebih ke curhat. Dan, saya diterima baik dalam komunitas tersebut.
Saya kenal beberapa orang-orang keren dan beberapa blogger yang sudah beken. Saya mempelajari cara mereka menulis. Hampir tiap hari saya posting di sana dan bolak-balik lihat berapa bintang dan komentar yang saya dapat.
Perkembangan menulis saya bertambah pesat. Saya nggak ragu bertanya pada mereka yang udah mumpuni di dunia menulis. Sayang banget kalau ketemu orang keren tapi ilmunya tidak kita serap. Pencapaian terbesar saya saat itu adalah menerbitkan kumpulan cerpen bersama Mbak Aida dan Mbak Fitri. Saat itu kami menang salah satu kontes menulis dan hadiahnya berupa menerbitkan buku.
Sayangnya, portal ngerumpi sekarang sudah ditutup. Namun, saya masih berinteraksi dengan para kontributor hingga sekarang. Ah. Terkadang saya rindu banget bercengkrama dengan mereka dan merasa senang saat artikelnya masuk ke halaman pertama. Hiks, kapan ya portal semacam ngerumpi.com ada lagi?
Fase yang lain saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop menulis bersama penerbit Gradien. Buat saya ini pengalaman luar biasa. Naskah saya berhasil lolos seleksi dari beberapa puluh orang. Senang banget waktu itu, pasalnya aku punya cita-cita untuk menerbitkan buku sendiri.
Acara inilah yang mempertemukan saya dengan Wulan Kenanga. Kami masih sama-sama buta dalam hal tulis menulis. Belum begitu paham bagaimana cara menulis yang baik dan asyiknya dibimbing langsung sama editornya. Selain kenalan sama Wulan, saya kenalan sama beberapa penulis yang ternyata udah punya beberapa buku. Wih, Kece. Jadi, makin termotivasi untuk punya buku sendiri.
Dan, kembali lagi bahwa proses dalam menulis itu nggak gampang. Saya pikir setelah ikutan workshop bakal lancar banget waktu bikin naskah novel. Kagak ternyata. Saya harus banyak belajar dan baru sadar bahwa Bahasa Indonesia itu susah saudara-saudara.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari ikutan workshop ini adalah saya belajar banyak hal tentang menulis fiksi dan bisa tahu apa sih kelemahan saya. Sempat kecewa ketika tahu naskah saya tidak bisa diterbitkan. Nggak papa sih, setidaknya saya memiliki teman-teman baru.
Sempat jenuh dengan dunia fiksi, saya mulai mengaktifkan diri untuk menulis blog. Nulis semaunya lah. Pokoknya blog saya selalu ter-update tiap hari. Paling menyenangkan dari ngeblog ini saya sering mendapatkan email dari beberapa pembaca yang menyukai tulisan saya. Ih, bahagia, kan? Tulisan dalam blog saya bervariasi tapi paling banyak sih cecintaan sama fiksi pendek. Kadang juga saya selipin puisi.
Lalu, si Wulan tiba-tiba ngajakin untuk beli domain. Waktu itu belum paham sih buat apaan domain itu. Lagipula nggak kepikiran untuk serius dalam dunia bloger. Yup, masih berpikir bahwa ngeblog itu untuk senang-senang belaka. Setelah melewati perenungan panjang saya mengikuti saran Wulan. Nama blog saya resmi berganti jadi kotakwarna.
Baca Yuk: Dibalik Kata Kotakwarnah
Masih seperti sebelumnya. Isi blog baru saya masih acak-acakan. Tema yang diambil masih semaunya. Itulah kenapa saya lebih memilih niche gaya hidup. Soalnya isi kepala saya ini susah diajak kompromi hanya untuk menulis satu tema saja.
Sempat ngiri sama Wulan yang mulai mendapatkan hasil dari blognya. Nyadar diri sih soalnya blog saya masih nggak jelas mau diajak ke arah mana. Lalu tawaran menulis datang dari teman sesama blogger. Senang banget rasanya dapat duit dari ngeblog. Ternyata hobi nulis saya bisa menghasilkan.
Perlahan tapi pasti saya resmi menjadi penulis yang tersesat dan memilih menjadi blogger. Namun, bukan berarti saya berhenti nulis fiksi loh. Sesekali saya rindu bercumbu dengan tokoh rekaan.
Dari dunia bloger saya memiliki teman baru. Dan, bagian paling menyenangkan adalah pengalaman baru yang tak ternilai harganya. Saya bisa masuk ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, kenalan dengan orang-orang hebat. it's amazing.
Bonusnya lagi: kehadiran saya mulai dikenali oleh publik.
Kamu bisa mampir juga: what do you get from the blog
so, find your passion and engaging with new friend
Salam,
Swastikha
Jangan tanya apa alasannya?
Keep it simple.
Saya butuh nulis.
Nulis itu ibarat candu yang kadang membuat saya ingin terus tersesat di dalamnya.
Nulis mengajarkan saya banyak hal. Nulis banyak ngebantu saya melewati masa-masa suram dalam hidup. Nulis membuat saya bangkit dari krisis masa remaja. Nulis membuat orang lain tahu keberadaan saya, dan nulis banyak mengubah pola pikir saya dalam melihat masalah.
Itu sih yang saya rasakan. Terserah mah orang bilang kalau nulis itu pekerjaan buang-buang waktu. Yang pasti saya ingin tetap membuat otak saya waras. Salah satunya dengan nulis.
Mampir juga: Writing Therapy
Tidak hanya melulu tentang kesedihan. Saya juga produktif saat jatuh cinta. Entah berapa banyak sajak yang saya tulis di akun twitter kala itu. Lalu, mendadak blog saya penuh dengan curhatan-curhatan tentang cinta. Geli rasanya tiap kali membaca tulisan-tulisan lama. Ya...ampun ternyata saya pernah nulis seperti itu. *tutup muka.
Lalu, saya coba bergabung ke dalam komunitas penulis. Namanya ngerumpi.com.
Ngerumpi.com itu sebuah portal tentang tulisan. Di sana kamu bisa nulis apa saja. Curhat, opini, puisi dan lainnya. Awalnya saya cuman mampir untuk baca-baca. Lama kelamaan saya ingin orang lain ikut baca tulisan saya. Ehm, artikel pertama saya lebih ke curhat. Dan, saya diterima baik dalam komunitas tersebut.
Saya kenal beberapa orang-orang keren dan beberapa blogger yang sudah beken. Saya mempelajari cara mereka menulis. Hampir tiap hari saya posting di sana dan bolak-balik lihat berapa bintang dan komentar yang saya dapat.
Perkembangan menulis saya bertambah pesat. Saya nggak ragu bertanya pada mereka yang udah mumpuni di dunia menulis. Sayang banget kalau ketemu orang keren tapi ilmunya tidak kita serap. Pencapaian terbesar saya saat itu adalah menerbitkan kumpulan cerpen bersama Mbak Aida dan Mbak Fitri. Saat itu kami menang salah satu kontes menulis dan hadiahnya berupa menerbitkan buku.
Sayangnya, portal ngerumpi sekarang sudah ditutup. Namun, saya masih berinteraksi dengan para kontributor hingga sekarang. Ah. Terkadang saya rindu banget bercengkrama dengan mereka dan merasa senang saat artikelnya masuk ke halaman pertama. Hiks, kapan ya portal semacam ngerumpi.com ada lagi?
Fase yang lain saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti workshop menulis bersama penerbit Gradien. Buat saya ini pengalaman luar biasa. Naskah saya berhasil lolos seleksi dari beberapa puluh orang. Senang banget waktu itu, pasalnya aku punya cita-cita untuk menerbitkan buku sendiri.
Acara inilah yang mempertemukan saya dengan Wulan Kenanga. Kami masih sama-sama buta dalam hal tulis menulis. Belum begitu paham bagaimana cara menulis yang baik dan asyiknya dibimbing langsung sama editornya. Selain kenalan sama Wulan, saya kenalan sama beberapa penulis yang ternyata udah punya beberapa buku. Wih, Kece. Jadi, makin termotivasi untuk punya buku sendiri.
Dan, kembali lagi bahwa proses dalam menulis itu nggak gampang. Saya pikir setelah ikutan workshop bakal lancar banget waktu bikin naskah novel. Kagak ternyata. Saya harus banyak belajar dan baru sadar bahwa Bahasa Indonesia itu susah saudara-saudara.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari ikutan workshop ini adalah saya belajar banyak hal tentang menulis fiksi dan bisa tahu apa sih kelemahan saya. Sempat kecewa ketika tahu naskah saya tidak bisa diterbitkan. Nggak papa sih, setidaknya saya memiliki teman-teman baru.
Sempat jenuh dengan dunia fiksi, saya mulai mengaktifkan diri untuk menulis blog. Nulis semaunya lah. Pokoknya blog saya selalu ter-update tiap hari. Paling menyenangkan dari ngeblog ini saya sering mendapatkan email dari beberapa pembaca yang menyukai tulisan saya. Ih, bahagia, kan? Tulisan dalam blog saya bervariasi tapi paling banyak sih cecintaan sama fiksi pendek. Kadang juga saya selipin puisi.
Lalu, si Wulan tiba-tiba ngajakin untuk beli domain. Waktu itu belum paham sih buat apaan domain itu. Lagipula nggak kepikiran untuk serius dalam dunia bloger. Yup, masih berpikir bahwa ngeblog itu untuk senang-senang belaka. Setelah melewati perenungan panjang saya mengikuti saran Wulan. Nama blog saya resmi berganti jadi kotakwarna.
Baca Yuk: Dibalik Kata Kotakwarnah
Masih seperti sebelumnya. Isi blog baru saya masih acak-acakan. Tema yang diambil masih semaunya. Itulah kenapa saya lebih memilih niche gaya hidup. Soalnya isi kepala saya ini susah diajak kompromi hanya untuk menulis satu tema saja.
Sempat ngiri sama Wulan yang mulai mendapatkan hasil dari blognya. Nyadar diri sih soalnya blog saya masih nggak jelas mau diajak ke arah mana. Lalu tawaran menulis datang dari teman sesama blogger. Senang banget rasanya dapat duit dari ngeblog. Ternyata hobi nulis saya bisa menghasilkan.
Perlahan tapi pasti saya resmi menjadi penulis yang tersesat dan memilih menjadi blogger. Namun, bukan berarti saya berhenti nulis fiksi loh. Sesekali saya rindu bercumbu dengan tokoh rekaan.
Dari dunia bloger saya memiliki teman baru. Dan, bagian paling menyenangkan adalah pengalaman baru yang tak ternilai harganya. Saya bisa masuk ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, kenalan dengan orang-orang hebat. it's amazing.
Bonusnya lagi: kehadiran saya mulai dikenali oleh publik.
Kamu bisa mampir juga: what do you get from the blog
so, find your passion and engaging with new friend
"Berada di tengah-tengah orang yang memiliki napas yang sama denganmu itu hal yang menyenangkan. Kamu jadi memiliki mimpi yang lebih terarah,"
Salam,
Swastikha
passionnya begitu berasa mbak.. punya teman yang satu mimpi membuat mimpi jadi kenyataan mbak..dan skrg jadi cik gu di group kita, hehehe.. smg bs fokus kyk mb tikha:-)
ReplyDeleteIya. Do your passion and engaging with new friends
DeleteIni memang benar-benar passionmu mbak.. tak doain segera nerbitin buku ya mbak.. Kalau aq,apa ya passionku?
ReplyDeleteYup. Seneng rasanya kerja kalau dibarengi passion. Terasa ringan aja.
Deletenulis itu terapi! bener banget mbaaa..hehehe.. aku juga akhirnya jadi terapi, terapi buat ga terlalu banyak ngomel..ya maklum namanya juga emak2 pasti ngomel dr pagi sampe pagi lagi. nice to know you have found your passion,mba
ReplyDeleteTos. Ya menulis bikin otak tetap waras
DeleteFind your passion and engaging with new friend :)
ReplyDeleteSuka quote ini mbaaaa
Makasih mbak sudah mampir :)
DeleteDi pojok salah satu blog saya, tersemat rangkaian kalimat "menulis adalah menyimpan kenangan dan mengingatkan diri sendiri"
ReplyDeleteBegitulah menulis buat saya
Iya mbak menulis itu membekukan kenangan dan sebagai pengingat
Deleteaku baru sadar suka nulis juga setelah ngeblog. dulunya kirain ga bakal punya waktu buat nulis 😂
ReplyDeleteKalau udah tahu enaknya menulis pasti bikin ketagihan
DeleteBener deh. Dengan menulis bisa bertemu dengan teman-teman di seluruh penjuru dunia.
ReplyDeleteIya. Betul banget mbak
DeleteBerada di nafas yang sama, 😇
ReplyDeleteSelamat menemukan teman
Deletekalo saya suka nulia kalo pas waktu senggang aja.. atau kalo lagi gabut
ReplyDeleteRegards
Budy | Travelling Addict
www.travellingaddict.com
Selamat menulis, kakak
Deletemenulislah terus selama jantung masih berdetak
ReplyDeleteSemoga saya bisa selalu menulis :)
DeleteTulisan yg buram itu lebih baik dari pada hapalan yg kuat (konghucu).Tulisan akan terus terjaga, tetapi hapalan yg kuat akan ikut menghilang bersama meninggalnya penghapal itu. Itu kata dosen saya mbak.
ReplyDeleteIya. Soalnya tulisan lebih kekal daripada hapalan :)
DeleteSamaa, saya juga gelisah kalo karena sesuatu hal gak bisa nulis selama berhari2 :)
ReplyDeleteHore. Saya punya teman
DeleteMbak, kunjungan balik nih..thanks yaaa...aku jadi nambah teman juga...keep in touch ya mbak <3
ReplyDeleteMari berteman, mbak dewi.
DeleteMakasih udah berkunjung
Wiiiii.....kereennn mba tika. Bener2 passion ini namanya. Tetap semangat mba. Semoga yang diinginkan segera jadi kenyataan. Amin
ReplyDeleteMakasih dah mampir. Semoga kamu bisa menemukan passionmu
DeleteBagus tulisan nya.. keren banget
ReplyDeleteMakasih dah mampir
DeleteBenar banget mbak dengan menulis dan ngeblog sy sekarang punya banyak teman
ReplyDeleteSeneng ya mbak ketemu dengan orang yang seirama
DeleteBahasa Indonesia memang susah banget hahaha. Saya jg masih acak2an tulisan blog-nya. Baca blog orang juga membantu banget buat jadi lebih maju. Ajarin saya ya mbak :)
ReplyDeleteayo mbak belajar bareng
Delete