Ceritanya seminggu yang lalu saya diajak kakak ikut pelatihan Painting Therapy yang diadakan oleh Meta Power konsultan.
Awalnya sih males ikutan beginian soalnya udah lama nggak bersentuhan dengan dunia Psikologi. Tapi kakak maksa ikutan. Katanya sih aku biar punya keahlian dan sapa tahu bisa nyembuhin diri.
Singkat cerita, akhirnya berangkat juga ke pelatihan meskipun badan agak nggak fit. Juma't malam sempat kena demam.
Dengan badan yang masih lemas saya mengikuti pelatihan dengan semangat. Mendengarkan apa yang mentor ajarkan. Menyenangkan. Serasa kembali ke jaman kuliah.
Awal acara kami disuruh untuk mengisi intention setting. Semacam menulis mimpi yang selama ini tertunda. Saya mencoba untuk mengintip punya kakak. Rupanya banyak yang menulis tentang keinginan mereka ketika menjadi Psikolog. Rasanya agak minder soalnya mimpi saya sedikit berbeda dengan mereka.
Nggak tahu kenapa saat melihat satu persatu maju ke depan menceritakan impiannya. Kayak ada dorongan dalam diri saya untuk maju ke depan. Sayangnya, rasa nggak percaya diri lebih besar. Jadinya, cuman bisa disimpan dalam hati.
Eh. Tahunya keinginan terpendam saya dibaca oleh mentor. Dan, saya didaulat untuk membacakan impian saya.
Ini pertama kalinya saya maju ke depan. Menceritakan mimpi saya yang ingin punya novel di depan banyak orang. Ya. Walaupun terlihat berbeda. Tapi saya bangga untuk menceritakan mimpi saya.
Penampakan saat maju ke depan |
Pas waktu istirahat ada seorang wanita menghampiri saya. Dia bertanya sejak kapan saya suka nulis dan diadiamenyemangati saya untuk terus menulis. Belakangan saya tahu nama beliau mbak Ghanis.
Sampailah ke inti dari pelatihan yaitu Painting Therapy. Jadi, di sini kita dikasih selembar karton dan cat akrilik. Di atas karton inilah nanti kita menuangkan segala emosi yang dirasakan. Dalam painting therapy ini kita menggunakan tangan.
Sesi pertama:
Di sesi pertama ini kita disuruh ambil posisi duduk senyaman mungkin, sembari melakukan pernapasan. Selanjutnya, mendengarkan instruksi dari mentor.
Sambil menutup mata saya meresapi apa yang diucapkan oleh mentor. Di sini kami diminta untuk mengingat kejadian/pengalaman/ketakutan yang selama ini mengganggu. Nah, saya mencoba mengingat pengalaman-pengalaman pahit yang pernah saya rasakan.
Rasanya ada yang berputar-putar di dada saya, menghimpit seperti energi yang bergerak dan siap meledak. Tanpa sadar saya menangis.
Saat mata mulai terbuka dan diminta untuk mulai bermain warna. Entahlah tangan saya lebih memilih warna kuning, coklat dan hitam. Padahal, mata saya bisa melihat warna-warna lain. Saya masih menangis sampai saya selesai menumpahkan emosi. Ada rasa hangat dan lega begitu selesai.
Sesi kedua:
Di sesi ini kami kembali diminta untuk menuangkan emosi menggunakan kertas dan cat. Bedanya, di sini kita diminta untuk mengingat peristiwa menyenangkan yang membuat kita nyaman. Di sesi ini saya membayangkan daun-daun berguguran, sinar matahari keemasan dan di sana saya menari di bawah hujan bersama teman-teman sambil tertawa-tawa, bebas dan lepas.
Nah, ketika giliran menggambar. Saya sambil tersenyum membayangkan murid-murid saya yang berlarian dan menanti saya.
Ya. Saat merasa sedih. Saya merasakan ada murid-murid saya yang memberikan kekuatan.
My |
Yap. Itulah sekilas oleh-oleh saya setelah mengikuti Painting Therapy
0 COMENTÁRIOS
Post a Comment